Akhudiat

Akhudiat dikenal sebagai sastrawan Jawa Timur yang berkarya dalam bidang puisi , cerpen, dan drama. Akhudiat lahir di Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, 5 Mei 1946. Ayahnya bernama Akwan dan ibunya Musarapah. Menikah dengan Mulyani pada 4 November 1974 dan dikaruniai tiga orang anak. Laki-laki yang kerap disapa Cak Diat ini tidak hanya dikenal sebagai pekerja seni teater yang tekun dan ulet melainkan juga pendidik yang sabar dan penuh keakraban. Keuletan dan ketekunan Akhudiat dalam berteater dilakukan sejak tahun 60-an ketika usianya masih remaja.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Rakyat (SR) (tamat tahun 1958), Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember (tamat tahun 1962), dan melanjutkan sekolah di PGAA Malang. Tahun 1965 ia mengantongi ijazah dari Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta. Selain itu, sekitar 1972—1973, Akhudiat pernah berkuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS) namun tidak terselesaikan. Gelar kesarjanaan didapatkan tahun 1992 dari Universitas Terbuka (UT), Fakultas Ilmu Sosial.

Sejak tahun 1970 Akhudiat diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya dan pensiun tahun 2002. Setelah pensiun, ia menjadi dosen luar biasa pada Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kiprahnya di dunia seni dan budaya, khususnya sastra dan teater, mengantarkan Akhudiat menjadi pengurus Dewan Kesenian Surabaya tahun 1972—1982, Komite Sastra dan Teater. Pada tahun yang sama, Akhudiat menjabat sebagai sutradara dan penulis naskah teater di Komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS). Sejak 1999—sekarang, ia menjabat sebagai anggota pleno di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT). Tahun 2000—sekarang, ia menjabat sebagai anggota panitia pengarah Festival Seni Surabaya (FSS). Keikutsertaannya bersama Bengkel Muda Surabaya bukan hanya memantapkan eksistensinya sebagai pemain teater, tetapi juga memacu dirinya dalam mengembangkan kreativitasnya sebagai penulis naskah drama. Akhudiat juga pernah mengikuti kursus akting di Teater Muslim pimpinan Mohamad Diponegoro dan teater milik Arifin C. Noer.

Tulisan pertama Akhudiat adalah tentang Markeso, seorang aktor tunggal “Ludruk Garingan” yang dimuat di harian Surabaya Post tahun 1970. Naskah drama “Grafito”adalah karya Akhudiat pada tahun 1972 dan memenangkan hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta. Tahun 1973, puisi “Gerbong-Gerbong Tua Pasar Senen” mendapat penghargaan dari Dewan Kesenian Surabaya sebagai juara II. Naskah drama “Jaka Tarub” (1974), “Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap” (1974), “Bui” (1975), dan “RE”(1977) mendapatkan penghargaan yang sama. Akhudiat juga banyak menerjemahkan karya penulis asing seperti Fred karya Sherwood Anderson yang diindonesiakan menjadi Kematian di dalam Hutan, Buried Child karya Sham Shepard menjadi Anak yang Dikubur, One Flew Over The Cuckoo’s Nest karya Dale Wasserman Ken Kessey menjadi Laboratorium Gila, Tobacco Road karya Erskine Caldwell menjadi Jalan Tembakau, The Chairs karya Eugene Ionesco menjadi Kursi-Kursi, Catastrophe karya Samuell Beckett menjadi Malapetaka, dan The Sandbox karya Edward Albee yang diindonesiakan menjadi Bak Pasir.

Aktivitasnya sebagai penulis naskah drama dilengkapi pula dengan kegemarannya mengikuti lomba penulisan naskah drama yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Lima naskah dramanya memenangi lomba penulisan naskah drama. Naskah yang menang kemudian dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Berkat prestasinya tersebut, Akhudiat mendapat penghargaan belajar di Iowa Univer-sity selama satu tahun (1975), untuk mengikuti International Writing Program, semacam pendidikan khusus untuk memperdalam ilmu sosial dan kaitannya dengan penulisan naskah drama. Selain menulis naskah drama, Akhudiat juga lihai menulis cerpen. Salah satu cerpen Akhudiat berjudul New York Sesudah Tengah Malam (1984) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Dede Oetomo menjadi New York After Midnight dan tahun 1990—1991, diterbitkan oleh Executive Committee, Festival of Indonesia, USA. Tahun 2002 New York After Midnight diterjemahkan oleh John H. Mc Glynn dan diterbitkan oleh Yaya-san Lontar. Naskah drama Jaka Tarub juga diterbitkan dalam edisi dwibahasa (Indonesia dan Inggris) oleh Yayasan Lontar pada tahun 2004. Kedudukan Akhudiat dalam dunia sastra Indonesia cukup penting. Herman J. Waluyo mengategorikan Akhudiat sebagai tokoh drama mutakhir melalui drama Jaka Tarub. Beberapa penghargaan pernah diperoleh Akhudiat atas jasa dan loyalitasnya di bidang tulis menulis, antara lain sebagai warga kota berprestasi bidang teater modern oleh Walikota Surabaya tahun 1989 dan anugerah budaya dari Gubernur Jawa Timur tahun 2001 sebagai seniman berprestasi. Akhudiat bertempat tinggal di Gayungan PTT 51 E, Surabaya.

*Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *