Tradisi Ceprotan, yaitu lempar-melempar cengkir sebanyak-banyaknya di Desa Sekar, Pacitan. Tradisi ini digelar setiap bulan Longkang (Dzulhijjah), hari Senin Kliwon atau Minggu Kliwon. Terdapat kisah lisan yang unik di balik tradisi tersebut. Ada yang mengaitkannya dengan cerita Panji, yaitu Dewi Sekartaji, ada pula yang tidak. Berikut ini adalah kisah yang terkait dengan cerita Panji.
Pada jaman dahulu, di utara laut selatan, kurang lebih lima belas kilo meter, terdapat hutan belantara. Di hutan tersebut tidak ada manusia yang berani menempati. Tanpa disangka-sangka ada seorang sakti yang bernama Ki Godhek. Ki godhek , menurut kabar memiliki wajah yang tampan, masih muda, juga sebagai keturunan raja Brawijaya dari kerajaan Majapahit, yang berani membabat hutan belantara itu. Ki Godhek akhirnya berhasil membabat hutan dan dapat ditempati.
Ketika sedang membabat hutan, Ki Godhek menjumpai seorang perempuan cantik, bernama Dewi Sekartaji. Perempuan tadi didekati dan ditanyainya, ternyata perempuan tersebut sedang kehausan. Mengetahui perempuan tersebut sedang kehausan, Ki Godhek mengeluarkan kesaktiannya yaitu mendatangkan kelapa muda yang masih segar. Kelapa muda tersebut kemudian diberikan kepada Dewi Sekartaji dan langsung diminum.
Merasa ditantang kesaktiannya, Dewi Sekartaji juga mengeluarkan kesaktiannya. Sisa air kelapa muda yang sudah diminum tadi, dituang ke tanah. Seketika tanah yang basah terkena air kelapa muda mengeluarkan mata air yang besar. Tempat pertemuan Ki Godhek dengan Dewi Sekartaji tadi saat ini diberi nama dukuh Sekar.
Setelah dukuh Sekar dibuka, banyak calon murid yang bermaksud berguru di sana. Mengetahui hal itu, Ki Godhek membuat syarat untuk calon muridnya. Syarat tersebut yaitu, calon murid diminta membawa sesaji. Maksudnya, sesaji tadi akan digunakan untuk selamatan.
Setelah anak-anak calon muridnya berkumpul, selamatan dimulai. Di tengah selamatan, ada dua anak yang berebut ayam panggang. Perebutan tersebut baru berhenti setelah Ki Godhek menengahi. Ki Godhek mengadakan sayembara, siapa saja yang bersedia membawa ayam panggang namun dilempari kelapa muda, maka ia berhak atas ayam panggang tadi. Oleh karena itu, sampai saat ini, setiap hari Senin Kliwon dan Minggu Kliwon, bulan Longkang diadakan selamatan untuk membersihkan desa dengan tradisi Ceprotan. Biasanya dengan saling melempar cengkir sebanyak-banyaknya. (MA)
*Libas edisi Juli 2019