Bonari tergolong pengarang dwibahasa yang cukup produktif. Ia tidak hanya menulis puisi atau cerpen, tetapi juga artikel, esai, anekdot, dan novelet yang ditulis dengan menggunakan media bahasa Jawa dan Indonesia. Karya-karyanya dipublikasikan melalui media, seperti Panjebar Semangat, Jaya Baya, Merdeka, Bernas, Suara Merdeka, Wawasan, Surya, Jawa Pos, dan Surabaya Post. Bonari menganggap bahwa bahasa adalah alat yang dapat digunakan untuk mengekpresikan gagasannya.
Bonari dilahirkan di Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek pada tanggal 1 Januari 1964 dengan nama Bonari. Nabonenar adalah nama tambahan. Ayahnya bernama Sugimin dan ibunya bernama Insiyah. Bonari menikah dengan Sri Winarni, S.Pd. pada tahun 1994 dan dikaruniai seorang putri.
Dalam berkarya, Bonari sering menggunakan nama samaran, seperti Sriningtyastuti dan Nuning Ningtyas. Bonari menempuh pendidikan di SD Cakul I (1970—1976), SMP Berbantuan Panggul (1976—1979), SPG Sore di Trenggalek (1979—1982), dan IKIP Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1982—1987). Setelah lulus, bekal ilmu keguruan itu ia manfaatkan untuk bekerja sebagai guru tidak tetap di SMA Panggul, Trenggalek, pada tahun 1987—1989. Tahun 1992—1994, ia menjadi staf redaksi Tabloid Jawa Anyar. Tahun 1995—2000, ia bergabung dengan JPNN (Jawa Pos News Network) dan tahun 2000 ia menjadi redaktur tabloid X-file. Bersama dengan Leres Budi Santosa dan Arif Santosa, ia memprakarsai berdirinya Lembaga Kajian Budaya Jawa Pos. Ia juga salah seorang penggagas Kongres Sastra Jawa (2001), Pengadilan Sastra Jawa (2002), dan Festival Sastra Buruh. Dalam organisasi ia juga aktif, seperti menjadi pengurus komunitas sastra Jawa Cantrik, ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) tahun (2004—2008), dan komite sastra Dewan Kesenian Jawa Timur (2003—2008). Pada tahun 2003, ia dikirim oleh Dewan Kesenian Jawa Timur mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XII di Singapura dan mengunjungi Dewan Bahasa di Malaysia. Tahun 2005, ia diundang untuk memberikan workshop penulisan bagi para pekerja rumah tangga (TKI) di University of Hong Kong di Kowloon dan sejak 2006 Bonari menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Peduli. Majalah ini diterbitkan secara terbatas untuk para pekerja diaspora asal Indonesia di Hong Kong.
Bonari sudah mulai menggemari kegiatan menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar melalui pelajaran mengarang yang diberikan oleh gurunya. Sejak kecil ia gemar membaca. Bakatnya di bidang menulis mulai terasah dengan baik ketika duduk di bangku SPG karena mempunyai kesempatan lebih banyak untuk membaca karya-karya para pengarang Indonesia dan bergaul dengan para pengarang sastra Jawa di Sanggar Sastra Triwida, Tulungagung. Karyanya yang pertama berupa puisi dan dimuat di majalah Taman Siswa Yogyakarta pada tahun 1981. Cerpennya yang berjudul “Klanthung Sastramindring” pernah mendapatkan hadiah sebagai Juara II lomba menulis crita cekak yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta bekerja sama dengan Dewan Kesenian Yogyakarta pada tahun 1991. Tahun 2010, Bonari mendapatkan anugerah sastra Rancage untuk kategori JasaYang terbaru, pada tahun 2020, karya Bonari yang berjudul Gurit Panglipur mendapat penghargaan Anugerah Sutasoma yang diberikan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur untuk kategori Buku Sastra Berbahasa Daerah Terbaik.
Sebagai pengarang, Bonari cukup produktif menghasilkan dan memublikasikan karya-karyanya. Beberapa karya Bonari yang pernah dimuat dalam majalah, antara lain “Ombak Kuni”, “Kembang Kang Mekar ing Ketiga Aking” (JB, crita cekak, 1987), “Pakeliran”, “Omah”, “Lakon” (JB, geguritan, 1987), “Wong Ayu lan Gedhang” (PS, crita cekak, 1990), “Ing Pangkone Sulastri” (MS, crita cekak, 1990), “Rembulan Tatu” (MS, geguritan, 1990), “Kayu Pating Slekrah” (DL, crita cekak, 1990), “Lambe” (JB, crita cekak, 1990), “Klantung Sastra-mindring”, “Guru: Kacatur Ngalor-ngidul” (PS, crita cekak, 1991), “Cendhela”, “Angin” (JB, crita cekak, 1991), “Prahara” (PS, crita cekak, 1992), “Dheweke Teka”, “Candhi Wurung” (JB, geguritan, 1992), “Tembang Tangise Sinten” (Surabaya Post, geguritan, 1992), “Jaka Durung Duwe SIM” (JB, crita cekak,1992)., “Maling” (Jawa Anyar, crita cekak, 1994), dan “Ponorogo” (PS, geguritan, 1995).
Karya-karya Bonari juga ada yang diterbitkan dalam bentuk antologi bersama pengarang lain, seperti (1) Byar (1992), yang merupakan kumpulan crita cekak Sanggar Triwida Tulungagung; (2) Mutiara Segegem (Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah IKIP Yogyakarta); (3) “Ana Kembang Mekar ing Tatu”, “Ana Kembang Mekar ing Tawang”, “Sukerta”, “Maneh-maneh”, “Pupuh Nguci-reng” dalam Pisungsung: Antologi Guritan Enam Penyair yang diterbitkan oleh Forum Kajian Kebudayaan Surabaya; (4) Suharto dalam Cerpen Indonesia, yang merupakan kumpulan cerpen berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Yogyakarta tahun 2001; (5) “Aji Tresna”, “Aku Lan Sliramu”, “Dhuhkitaku”, “Malatrisna” dalam Kabar Saka Bendulmrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, 2001); (6) “Dakgelah Lakune Rembulan” dalam Drona Gugat (Bukan Panitia Parade Seni WR Supratman, 1995); dan (7) Bermula dari Tambi, yang merupakan kumpulan cerpen berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Panitia Pekan Seni Surabaya tahun 2001. Di samping menggeluti sastra Jawa, Bonari juga memiliki perhatian pada kebudayaan Jawa dan dunia pendidikan. Perhatiannya itu tampak dari tulisannya, seperti (1) “Cangkriman: Biyen lan Saiki” (Panjebar Semangat, 1987), (2) “Murid: Biyen lan Saiki” (Panjebar Semangat, 1989), (3) “Kasusastran lan Bonsai” (Panjebar Semangat, 1989), (4) “Majalah Sastra Jawa, Perlu” (Mekar Sari, 1990), (5) “Maneh, Sithik Ngenani Gurit” (Panjebar Semangat, 1990), (6) “Pancakaki: Biyen lan Saiki” (Panjebar Semangat, 1991), “Nasibe Lulusan SPG” (Panjebar Semangat, 1991), “Isih Cilik Ngabotohan” (Panjebar Semangat, 1992), “Sastra Jawa: Juru Kritik lan Tesmak” (Panjebar Semangat, 1992), dan “Nangisi Ludruk” (Panjebar Semangat, 1994).
*Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur