Jika kita mengenal Chairil Anwar sebagai tokoh sastra Angkatan ’45, maka Budi Darma merupakan salah satu tokoh prosa Indonesia angkatan 70-an. Sebagai pengarang prosa fiksi, Budi Darma termasuk pengarang yang revolusioner selain Danarto, Putu Wijaya, dan Iwan Simatupang. Budi Darma dianggap memelopori penggunaan teknik bercerita kolase. Karya Budi Darma merupakan karya yang bermutu dan dapat disejajarkan dengan karya-karya mancanegara.
Budi Darma lahir pada 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah dari pasangan Munandar Darmowidagdo dan Sri Kunmaryati. Leluhur Budi Darma, baik dari pihak ayah maupun ibu berasal dari Rembang. Kakek Budi Darma adalah seorang camat di Rembang, sedangkan ayahnya, Munandar Darmowidagdo (1900) adalah pegawai kantor pos. Sri Kunmaryati, ibu Budi Darma (1909) adalah seorang ibu rumah tangga. Budi Darma merupakan anak ke-4 dari enam bersaudara yang semuanya laki-laki.
Tanggal 14 Maret 1968, Budi Darma menikah dengan Sitaresmi, S.H. dan bertempat tinggal di rumah mertua di Jalan Tambangboyo 198 Surabaya sampai tahun 1981. Tempat tinggal Budi Darma sekarang di Jalan Ketintang 43, perumahan dosen, IKIP Negeri Surabaya. Budi Darma memiliki tiga orang anak yaitu Diana, lahir di Banyuwangi 15 Mei 1969 dan sekarang menjadi dosen bahasa Inggris di Unesa. Anak nomor dua bernama Guritno, lahir di Banyuwangi, 4 Februari 1972. Anak ketiga bernama Hananto Widodo, lahir di Surabaya, 3 Juni 1974. Di antara ketiga anak tersebut, yang mewarisi bakat Budi Darma adalah anak nomor tiga, yang sering menulis artikel di media massa.
Pendidikan sekolah dasar Budi Darma dijalani di Kudus dan lulus tahun 1950. Sesudah itu, ketika ayahnya ditugaskan di Salatiga, ia menempuh pendidikan SMP di Salatiga dan tamat tahun 1953. Pada saat di bangku SMP inilah Budi Darma senang membaca cerpen. Salah satu bacaan yang digemarinya adalah karya Anton Chekov The Darling, yang kelak menjadi salah satu pemicu lahirnya novel Olenka. Setelah tamat SMP, Budi Darma melanjutkan ke SMA di Semarang. Tahun 1957, Budi Darma kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra dan Kebudayaan dan lulus tahun 1963 dengan skripsi “Tragic Heroes in The Plays of Marlowe”. Budi Darma memper-oleh Bintang Bhakti Wisuda Fakultas Sastra dan Kebudayaan, yaitu penghargaan bagi mahasiswa terbaik di bidang pendidikan dan pengabdian pada masyarakat. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Indiana, Bloomington. Beasiswa dari Fullbright pada bulan Agustus 1974 diterima Budi Darma untuk melanjutkan S2 di Universitas Indiana, Bloomington. Ia memperoleh gelar Master of Arts dalam bidang English Creative Writing 1976 dengan tesis “The Death and The Alive”. Budi Darma melanjutkan S3 di universitas yang sama dan memperoleh gelar Ph.D. tahun 1980 dengan disertasinya berju-dul “Character and Moral Judgement in Jane Austen’s Novels”.
Selama mengabdi di IKIP Surabaya (sekarang Uneversitas Negeri Surabaya), Budi Darma secara formal pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Sastra Inggris (1966—1970 dan 1980—1984), Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (1963—1966 dan 1970—1974), dan Rektor IKIP Surabaya (1984—1988). Budi Darma pernah menolak ketika dicalonkan menjadi rektor kali kedua. Menurutnya, jika ia menjadi rektor, kehidupannya sebagai sastrawan dan budayawan menjadi terampas oleh urusan administratif dan protokoler. Budi Darma kerap menjadi dosen luar biasa di Universitas Negeri Malang dan Universitas Jember.
Pengalaman dan pengetahuan kesastraan Budi Darma dimulai dengan kebiasaan membaca cerita di majalah langganan ibunya, cerita yang ada di buku sekolah dan perpustakaan ketika Budi Darma masih duduk di Sekolah Dasar. Ketika di SMP, Budi Darma sudah berkenalan dengan sastra asing. Pengenalan terhadap sastra Inggris dan Amerika bertambah ketika dia menjadi mahasiswa.
Budi Darma mulai menulis karya sastra sejak di bangku SMP. Pada saat duduk di SMA, ia mencoba menulis puisi dan mengirimkannya ke majalah Budaja (Yogyakarta). Setelah itu, tulisannya tersebar di berbagai majalah, antara lain Horison (Jakarta), Basis (Yogyakarta), Budaja (Yogyakarta), Contact (Yogyakarta), Gama (Yogyakarta), Gadjah Mada (Yogyakarta), Gema Mahasiswa (Yogyakarta), Indonesia (Jakarta), Roman (Jakarta), Tjerita (Jakarta), Forum (Jakarta), Matra (Jakarta), dan Gelora (Surabaya). Tulisannya juga tersebar di surat kabar Kompas (Jakarta), Minggu Pagi (Surabaya), Jawa Pos (Surabaya). Selain dalam bahasa Indonesia, dia juga menulis dalam bahasa Inggris dan dimuat di berbagai media cetak di Indiana, Bloomington, Amerika Serikat.
Karya sastra Budi Darma kali pertama diterbitkan majalah Horison tahun 1969. Tahun 1970 merupakan tahun produktif bagi penulisan cerpen-cerpennya. Tulisan sastra yang paling baik, panjang, dan paling khas pada awal kemunculannya dalam kancah kesusastraan Indonesia adalah cerpen panjang “Kritikus Adinan”. Cerpen-cerpen karya Budi Darma antara lain (1) “Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi” (1969) dimuat Horison IV (5); (2) “Siapa Bertanggung Djawab” (1969) dimuat Horison IV (9); (3) “Manggut-manggut Semacam Ini Bisakah” (1970) dimuat Horison V (8); (4) “Mbah Jambe” (1970) dimuat Horison V (5) dan “Ranjang” (1970) dimuat Horison V (2); (5) “Nancy Krie” (1970) dimuat Horison (2); (6) “Tanah Minta Digarap” (1970) dimuat Horison V (7); (7) “Kitri” (1970) dimuat Horison V (11); (8) “Pengantin” (1971) dimuat Horison VI (8); (9) “Sebelum Esok Tiba” (1971) dimuat Horison VI (11); (10) “Gadis” (1971) dimuat Horison VI (12); (11) “Penyair Besar Penyair Kecil” (1971) dimuat Horison VI (1); (12) “Anak” (1972) dimuat Horison VII; (13) “Bulan” (1973) dimuat Horison VIII (3); (14) “Mula-Mula Adalah Otak” (1973) dimuat Horison VIII (12); (15) “Tak Lain dan Tak Bukan” 1973 dimuat Horison VIII (12); (16) “Dua Laki-Laki” (1974) dimuat Horison IX (4); (17) “Laki-Laki Setengah Umur” (1974) dimuat Horison IX (4); (18) “Secarik Surat” (1974) dimuat Horison IX (4); (19) “Alang Kepalang” (1976) dimuat Horison XI (1); (20) “Salipan” (1976) dimuat Horison XI (6); (21) “Joshua Karabish” (1979) dimuat Horison XIV (11); (22) “Orang-Orang Bloomington” (1980) dimuat Sinar Harapan; (23) “Bambang Subali Budiman” (1981) dimuat Horison XVI (10); (24) “Pengakuan” (1982) dimuat Horison XVII (5—6); (25) “Solilokui” (1983), diterbitkan PT Gramedia; (26) “Olenka” (1983), diterbitkan Balai Pustaka; (27) “Tiga Laki-Laki Terhormat” (1988) dimuat Horison XXIII (3); (28) “Rafilus” (1988), diterbitkan Balai Pustaka; (29) “Potret Itu, Gelas Itu, Pakaian Itu” (1990) dimuat Horison XXV (7); (30) “Manusia yang Berdosa” (1996) dimuat Horison XXXI (5-6-7); (31) “Ny. Talis” (1996), diterbitkan Grasindo; (32) “Derabat” (1997) dimuat Kompas Minggu 3 Agustus; (33) Mata yang Indah (2001) dimuat Kompas Minggu; dan, (34) Gauhati (2003) dimuat Kompas Minggu
Budi Darma dapat dikategorikan sebagai pengarang yang kurang produktif. Menurut pengakuannya, dia memerlukan waktu khusus untuk menghasilkan sebuah karya sastra, baik cerita pendek, novel, maupun esai. Novel Budi Darma yang sudah diterbitkan yaitu Olenka (1983), Ny. Talis (1997), Rafilus (1988). Kumpulan cerpen yang sudah dibukukan berjudul Orang-Orang Bloomington (1950).
Tulisan-tulisan Budi Darma antara lain (1) “Sebuah Solilokui Mengenai Goenawan Mohamad” (1977) dimuat Horison XII (2); (2) “Pengaruh Zionisme atas Sastra Dunia” (1978) dimuat Horison XIII (4); (3) “Sastra Amerika Masa Kini” (1979) dimuat Horison XIV (7); (4) “Moral dalam Sastra” (1981), Pidato Ilmiah 19 Desember; (5) “Beberapa Gejala dalam Penulisan Prosa” (1983) dimuat Horison XVIII (1); (6) “Laki-Laki Putih. Dua Puluh Sastrawan Bicara” (1983) dimuat Sinar Harapan; (7) “Keindahan: Pandangan Romantik” (1983) dimuat Basis XXXII (4); (8) “Novel Indonesia Adalah Dunia Melo-drama” (1983) dimuat Horison XVIII (9); (9) “Persoalan Proses Kreatif” (1983) dimuat Horison XVIII (8); (10) “Kemampuan Mengebor Sukma” (1984) dimuat Horison XIX (7); (11) “Mulai dari Tengah. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang” (1984) diterbitkan Gramedia; (12) “Perihal Kritik Sastra” (1984) dimuat Horison XIX (4); (13) “Andaikan Nirdawat Seorang Kritikus Sastra” (1985) dimuat Horison XX (6); (14) “Pengalaman Pribadi dengan Nugroho Notosusanto” (1985) dimuat Horison XX; (15) “Perkembangan Puisi Indonesia” (1985) dimuat Horison XX (8); (16) “Manusia Indonesia Berbicara” (1987) dimuat Horison XXII (1); (17) “Kritik Sastra dan Karya Sastra” (1987) dimuat Horison XXII (5); (18) “Romantika Sastra, Kita” (1988) makalah Kongres Bahasa Indonesia V; (19) “Sodok Menyodok” (1988) dimuat Horison XXIII (2); (20) “Tanggung Jawab Pengarang” (1988) dimuat Basis, Juli; (21) “Konstalasi Sastra: Homo Comparatikus” (1989), makalah HISKI; (22) “Melihat Citra Bangsa Melalui Novel” (1990), makalah Seminar Hubungan Sastra dan Budaya; (23) “Sastra Indonesia Mutakhir” (1990), makalah Sekitar Masalah Sastra; (24) “Stagnasi Kritik Sastra” (1990), makalah Simposium Kritik Sastra Indonesia Modern; (25) “Kisah Sebuah Odise” (1991), pidato pengukuhan Guru Besar IKIP Surabaya; (26) “Stagnasi Kritik Sastra” (1991) dimuat Horison XXVI (1); (27) “Art and Culture in Surabaya: a Brief Introduction” (1992), diterbitkan IKIP Surabaya; (28) “Sastra dan Kebudayaan” (1992) dimuat Basis September; (29) “Novel dan Jatidiri” (1993) dimuat Basis Juli; (30) “Madelun” (1993) dimuat Matra Agustus (edisi khusus VI); (31) “Harmonium” (1995) Pustaka Pelajar, Yogyakarta; (32) “Mempersoalkan Cerita Pendek” (1999), makalah PSN X, 16—20 April; (33) “Dalang Wayang Kulit” (2000) dimuat Kompas 9 April; (34) “Pendidikan Seni Pertunjukan” (2000), makalah Seminar Seni Pertunjukan dan Pendidikan; (35) “Suratman, Markasan: Sastera Melayu Singapura” (2000); (36) “Fiksi dan Biografi” (2001) Mastera, Februari; 37) “Ironi si Kembar Siam: Tentang Posmo dan Kajian Budaya” dimuat Kalam 18; (38) “Manusia sebagai Makhluk Budaya” (2001), makalah Semilokakarya Dosen ISD & IBD; (39) “Sastra dan Kebangsaan” (2001), makalah Seminar Antarbangsa Kesusaste-raan Asia Tenggara II; (40) “Sastra dan Pluralisme” (2001), makalah Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni dalam Konteks Pendidikan; (41) “Visi Pengembangan Kebudayaan” (2001), makalah Temu Koordinasi Pengembangan Kebudayaan Jawa Timur; (42) “Kritikus Adinan” (2002) Bentang Budaya, Yogyakarta; dan (43) “Memperhitungkan Masa Lampau. Bukuku Kakiku”, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Beberapa penghargaan yang diperoleh Budi Darma antara lain (1) mendapatkan Bintang Bhakti Wisuda Fakultas Sastra dan Kebudayaan, penghargaan bagi mahasiswa terbaik di bidang pendidikan dan pengabdian pada masyarakat tahun 1963; (2) mendapatkan hadiah pertama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta untuk Novel Olenka tahun 1980; (3) pada tahun 1982/ 1983, Budi Darma dibicarakan dalam Who’s Who in The World; (4) tahun 1983 Novel Olenka memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta sebagai Novel Terbaik; (5) pada tahun 1984 Budi Darma mendapat Hadiah Sastra dari Balai Pustaka; (6) memperoleh penghargaan South-East Asian Write Award dari pemerintah Thailand tahun 1984 atas karyanya berjudul “Orang-Orang Bloomington”; (7) memperoleh penghargaan dari Walikota Surabaya pada tahun 1990; (8) memperoleh penghargaan dari Gubernur Jawa Timur tahun 1993; (9) pada tahun 1993, mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia; (10) pada tahun 1999, cerpen “Derabat” terpilih sebagai cerpen terbaik pilihan Kompas; (11) tahun 2001, cerpen “Mata yang Indah” terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas; (12) pada tahun 2003, memperoleh penghargaan Pengabdian Penulisan Cerpen dari Kompas; (13) memperoleh penghargaan dari Gubernur Jawa Timur tahun 2003; (14) pada tahun 2003, memperoleh Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah RI. Tahun 2011, Budi Darma menerima penghargaan level internasional, yakni Anugerah Sastra Mastera di Brunei Darussalam. Selain itu, Budi Darma sebagai guru besar Emeritus Universitas Negeri Surabaya pada bulan November 2011 diundang mengajar kritik dan teori sastra di National Institute of Education di Nanyang Technological University, Singapura. Tahun 2020 Budi Darma memperoleh pengargaan kategori Darmatama Sastra dari Badan Pemgembangan dan Pembinaan Bahasa sebagai Sastrawan Berdedikasi.
Budi Darma menerjemahkan The Legacy karya Intsi V. Himanyunga (1996, Yayasan Obor). Budi Darma juga menulis karya nonsastra “Sejarah 10 November 1945” (Pemda Jatim, 1987), “Culture in Surabaya” (IKIP Surabaya, 1992), “Modern Literature of ASEAN” (editor kepala, 2000), dan Kumpulan Esai Sastra ASEAN (Asean Commitee on Culture and Information). Ada pula karya Budi Darma yang berbentuk cerita pendek yang ditransformasikan dalam bentuk drama “Orez” (dipentaskan mahasiswa ISI Yogyakarta) dan “Kritikus Adinan” (dipentaskan mahasiswa STSI Bandung).
*Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur