Abdullah Fauzi atau akrab dipanggil Fauzi atau Kang Ujik, lahir di Pengantingan, Banyuwangi 22 Juli 1965. Fauzi merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Mohamad Hisyam dan Wadiah. Sejak 1987, Fauzi menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam di Banyuwangi. Tahun 1988, ia menjadi staf tata usaha SMP Sunan Giri 1 Banyuwangi. Selain itu, ia bekerja sebagai pewarta di Radio Khusus Pemerintah Daerah Banyuwangi. Sebagai wartawan, ia pernah bekerja pada surat kabar Bali Post (1992), Banyuwangi Pos (1998), dan Gema Blambangan (1999). Saat ini, Fauzi adalah staf humas dan protokol Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dalam komunitas sastra di Banyuwangi, Fauzi duduk pada komite teater Dewan Kesenian Blambangan (DKB). Fauzi konsisten dalam berkarya, yakni menggunakan bahasa Using.
Sampai saat ini telah banyak karya sastra yang dihasilkan, di antaranya Undharasa (2000) antologi puisi Using yang diterbitkan DKB, kumpulan puisi Dubang (2002) yang diterbitkan Pusat Studi Budaya Banyuwangi, dan Sastra Campursari (2002) yang diterbitkan Taman Budaya Jawa Timur. Khusus untuk Dubang, puisi ini menjadi bacaan wajib dalam berbagai lomba yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Karya Fauzi juga tersebar di berbagai surat kabar; di Surabaya Post antara lain “Cul” (1992), “Dadia Wis” (1992), “Nguber Angin”, Angin Impen” (1995), “Kali Lo, Banyu Susu” (1996), “Cempaka, Cekak” (1996), “Uler Kambang”, “Panjer Kiling”, “Wadal Suket” (1997), “Jejeg”, “Keneng Gerang”, “Wong Tani”, “Undha Sensren”, “Undha Ketepis”, dan “Entekentekan” (1998); terbit pada Banyuwangi Post antara lain, “Jejega”, “Manuk Emprit”, “Anggerangger”, “Isun Mulih”, dan “Kembang Telon” (1999); terbit di Radar Banyuwangi antara lain “Wayah Lingsir” dan “Kancil Pilek” (2001); di harian Jawa Pos antara lain “Dubang”, “Aja Pakis Paria Bain”(2002).
Selain menggunakan bahasa Using, Fauzi juga menulis karya sastra dalam bahasa Indonesia, misalnya cerpen “Inah Jadi Lakon” (1998), antologi puisi Detak (1997), puisi “Gandrung” (2001), antologi puisi Wirid Muharram (2001), antologi puisi Dzikir (2001), Menara 17 (2002), Gayuh, dan Tilawah (2003). Kang Ujik pernah pula memenangi juara baca puisi Using, lomba dongeng Using, dan juara lomba baca wangsalan pada tahun 2001. Penghargaan yang pernah didapat adalah sebagai pengabdi seni dan budaya daerah dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (2002). Penyair “substantif” ini menulis puisi, cerpen, esai yang tersebar di berbagai media massa, di antaranya Tabloid Gema Blambangan, Gandrung Post, Banyuwangi Post, koran Banyuwangi (Redaksi), majalah Budaya Seblang (Redaktur), majalah Budaya Jejak, dan lain-lain. Di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), penyair “Dukun Santet” ini aktif di berbagai lembaga seni dan budaya sekaligus menjadi Pengurus Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Komite Teater, Pengawas Yayasan Pusat Dokumentasi Budaya Banyuwangi (PDBB), Wakil Ketua Kelompok Peduli Using (Kepus), Pimpinan Redaksi Buletin Baiturrahman (2000—2001) dan sampai sekarang sebagai tim redaksi sekaligus menjadi Koordinator Humas dan Informasi Yayasan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.
Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Kamu lagi apa