Jawa Timur kaya akan keanekaragaman budaya. Salah satunya adalah tradisi Manten Kucing yang merupakan warisan budaya tak benda dari Kabupaten Tulungagung. Tradisi itu dipercaya dapat menurunkan hujan oleh masyarakat di Desa Pelem, Kabupaten Tulungagung. Ritual ini sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
Tradisi “Manten Kucing” bukan berarti menikahkan dua ekor kucing. Ini merupakan perlambang untuk memandikan kucing di Telaga Coban dan mengarak dua ekor kucing mengelilingi desa. Barisan arakan dibuat seperti pernikahan pada umumnya, seperti cucuk lampah, putri domas, manten kucing, pager ayu, taruna muda, sesepuh desa, dan dilanjutkan dengan kesenian Reog Kendang, Jaranan Senterewe, serta kesenian Tiban khas Kabupaten Tulungagung.
Kucing yang dipilih dalam ritual itu bukanlah kucing sembarangan. Kucing harus berasal dari arah paling timur dan arah paling barat dari desa tersebut. Kedua kucing ini dimandikan di Telaga Coban dan dibacakan mantra. Selanjutnya, kucing diletakkan di keranjang, lalu diarak mengelilingi kampung.
Saat ini, tradisi Manten Kucing merupakan ikhtiar Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk meningkatkan sektor pariwisata dengan media promosi ritual adat. Ritual permohonan hujan dilaksanakan di musim kemarau yang panjang. Selain itu, fungsi sosial yang terdapat dalam ritual adat tersebut adalah membangkitkan keakraban masyarakat di Desa Pelem sekaligus merupakan bentuk rasa syukur atas berkah Tuhan Yang Maha Esa. (DI)
(diolah dari berbagai sumber)