Bagus Putu Parto, Sastrawan dan Dramawan dari Kota Patria

Bagus Putu Parto, sastrawan dan dramawan kelahiran di Blitar, 2 Juni 1967, memiliki nama asli Bagus Prabowo. Motivator geliat sastra di Blitar inilah yang memperkenalkan istilah ‘sastra pedalaman’. Istilah ini dia perkenalkan saat diskusi pada peluncuran Semangat Tanjung Perak sebuah antologi puisi penyair Surabaya dan Jawa Timur pada tahun 1992 di Taman Budaya Jawa Timur. Kesastraan modern (Indonesia) di Blitar mulai eksis pada dekade 90-an adalah “Lingkar Sastra Blitar”. Lingkar Sastra Blitar didirikan oleh Bagus Putu Parto, Dwi Aprianto, dan Iwung Handayani pada tanggal 1 Oktober 1991. Karena merasa ruang geraknya terlalu sempit pada genre sastra, sehingga pada tanggal 14 Februari 1992, Lingkar Sastra Blitar mengubah nama menjadi Barisan Seniman Muda Blitar.

Sastrawan dan dramawan Bagus Putu Parto memiliki nama asli Bagus Prabowo lahir di Blitar, 2 Juni 1967. Ia mendalami dramaturgi di Jurusan Teater Institut Seni Indonesia, Yogyakarta (1991). Tahun 1991 ia mendirikan dan sekaligus memimpin Barisan Seniman Muda Blitar (BSMB). Pada tahun 2000 ia mendapat tambahan jabatan sebagai Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar. Beberapa karya teaternya antara lain “Drama Kolosal Pemberontakan Peta”, “Perang Sunyi”, “Grebeg Pancasila”, dan beberapa lakon teater anak. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media. Cerpen-cerpennya yang telah dibukukan, antara lain Semar (1992), Seusai Baratayuda (1993), Lima Cerpen Pralakon (1995), dan Muktamar Para Jin (2001). Bagus juga menulis biografi Laki-laki Bersarung Melangkah ke Pendapa (2000). Bagus termasuk salah seorang penggerak Revitalisasi Sastra Pedalaman—gerakan yang pernah mewarnai isu sastra nasional di pertengahan tahun 90-an. Gerakan ini pada dasarnya ingin meniadakan Jakarta sebagai sentral sastra di tanah air.

Gaung Revitalisasi Sastra Pedalaman di Jawa Timur tidak dapat dilepaskan dari peranan Bagus Putu Parto. Ia adalah seorang sastrawan sekaligus motivator geliat sastra di Blitar. Istilah ‘sastra pedalaman’ pertama kali dimunculkan oleh Bagus Putu Parto saat diskusi pada peluncuran Semangat Tanjung Perak sebuah antologi puisi penyair Surabaya dan Jawa Timur pada tahun 1992 di Taman Budaya Jawa Timur. Dengan gerakannya itu, Bagus menerbitkan dalam bentuk yang sangat—buku-buku seperti antologi cerita pendek Nyanyian Pedalaman I pada tanggal 14 Februari 1993. Buku ini diterbitkan oleh Barisan Seniman Muda Blitar. Dalam buku tersebut, Suparto Brata memberikan pengantar berjudul “Panorama Sastra di Tangan Tuan”. Ia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap semangat spontan pemprakarsa penerbitan buku ini. Antologi yang memuat cerita pendek karya empat sastrawan Jawa Timur, yaitu “Hanya yang Bersih Dapat Menyatu dengan Udara” (Bonari Nabonenar), “Seusai Baratayudha” (Bagus Putu Parto), “Eksekusi” (Kusprihyanto Namma), “Aku Termasuk Kategori Anak Bandelkah Aku?” (W. Yudhie), serta satu cerita pendek “Cahaya” karya seorang cerpenis Yogyakarta, Suwardi Endraswara. Ini dianggap merupakan titik awal semangat geliat penerbitan karya sastra di daerah (pedalaman) yang menafikan peran Surabaya sebagai pusat kesastraan di Jatim.

Dua cerita pendek Bagus Putu Parto berjudul “Semar” dan “Dokterandus Mul Gugat” termuat dalam antologi sastra tiga kota Bias Luka. Tahun 1994, Bagus, melalui Barisan Seniman Muda Blitar, kembali menerbitkan sebuah Antologi Cerita Pendek Nyanyian Pedalaman II. Buku yang diberi kata pengantar oleh Beni Setia (Caruban, Madiun) ini memuat empat cerita pendek karya empat sastrawan Jawa Timur yaitu “Tanding” karya Bagus Putu Parto (Blitar), “Maling” karya Bonari Nabonenar (Trenggalek), “Dracula” oleh Kusprihyanto Namma (Ngawi), dan “Wibawa” karya Tan Tjin Siong (Dampit). Peluncuran buku ini dilakukan pada tanggal 6 Februari 1994 di Blitar. Kesastraan modern (Indonesia) di Blitar dapat dikatakan mulai eksis pada dekade 90-an adalah “Lingkar Sastra Blitar” yang mengawali geliat sastra tersebut. Lingkar Sastra Blitar didirikan oleh Bagus Putu Parto, Dwi Aprianto, dan Iwung Handayani pada tanggal 1 Oktober 1991. Kelompok kesenian ini didirikan sebagai upaya menggali potensi serta menciptakan komunitas sastra dan teater yang selama ini masih terbatas berkutat dalam pengajaran di sekolah maupun kampus. Langkah awal yang dilakukan komunitas ini adalah menerbitkan buletin Lingkar Sastra Blitar. Karena merasa ruang geraknya terlalu sempit terbatas pada genre sastra bersama dengan pementasan drama kolosal Pemberontakan Peta tanggal 14 Februari 1992, Lingkar Sastra Blitar mengubah nama menjadi Barisan Seniman Muda Blitar.

 

Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.

Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *