Esmiet, Sastrawan dari Tanah Blambangan

Sastrawan dari Banyuwangi ini memiliki nama asli Sasmito. Esmiet lahir di Kasihan, Dlanggu, Mojokerto, pada 20 Mei 1938. Masa kecil Esmiet dilalui dengan keprihatinan karena pada saat itu merupakan awal Perang Dunia II. Pendidikan SR diselesaikannya di Mojokerto, lulus tahun 1952. Setelah itu, Esmiet melanjutkan ke SGB di Surabaya (1957) dan bekerja sebagai guru SR di Kabupaten Mojokerto. Tidak berapa lama Esmiet pindah ke Banyuwangi sebagai guru SD Sempu, Genteng. Sejak saat itu, Esmiet menetap dan menjadi penduduk Banyuwangi. Ia dan keluarga tinggal di Jalan Merapi 74, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur.

Tahun 1957, Esmiet menikah dengan Sulistiyana atau So Li Nio, seorang gadis keturunan Tionghoa beragama Islam. Usia perkawinan mereka tidak lama dan tahun 1960 Esmiet menikah dengan Hariwati dan dikaruniai sembilan orang putra. Meskipun sudah berkeluarga, Esmiet melanjutkan pendidikannya ke SPG di Banyuwangi dan lulus tahun 1971. Tahun 1982, Esmiet mencoba kuliah di IKIP Banyuwangi, tetapi gagal. Esmiet banyak diundang sebagai pembicara dalam berbagai pertemuan ilmiah, di antaranya Sarasehan Jati Diri Sastra Daerah (Bojonegoro, 1984), Kongres Bahasa Jawa (1991, 1996, 2001), Temu Budaya Jawa Timur dan Bali (Jember, 1988), Kongres Kebudayaan (1991), Sarasehan Bahasa dan Sastra Jawa (Yogyakarta, 1994), dan Seminar Kritik Sastra dan Temu Pengarang Sastra Jawa (1998). Selain itu, Esmiet beberapa kali memberikan ceramah tentang sastra Jawa di perguruan tinggi luar negeri, misalnya di Leiden, Belanda, bersama Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo dan di ANU, Canberra, Australia.

Karier Esmiet terus menanjak. Ia tidak hanya menjadi guru, tetapi juga Kepala SD Sempu I, Genteng, Banyuwangi. Tahun 1978, Esmiet diangkat menjadi penilik kebudayaan. Tahun 1981 ia diangkat menjadi penilik TK dan SD. Selain itu, ia mengajar kesenian di SMA Negeri 1 Genteng, Banyuwangi. Esmiet pensiun tahun 1992 setelah mengabdi selama 35 tahun.

Selain sebagai pendidik, Esmiet pernah menjadi redaktur majalah Jaya Baya (1964). Esmiet juga aktif di organisasi politik. Awal tahun 1960-an ia menjadi anggota PNI, kemudian tahun 1962 menjadi ketua PNI Ranting Jambewangi, Genteng. Pada tahun 1965 ia dipercaya sebagai ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) Genteng, Banyuwangi. Bahkan, tahun 1966 Esmiet diangkat menjadi anggota DPRD Banyuwangi. Karier Esmiet sebagai anggota dewan memengaruhi proses kreatif karyanya, di antaranya Wong Jompo iku Mati Ping Telu, Geter Desember, dan Sawutuhe ing Birune Langit (ketiga novel ini belum diterbitkan) juga Tunggak-Tunggak Jati (1977). Selepas berkiprah di organisasi politik, Esmiet aktif di bidang kebudayaan dan menjadi ketua Organisasi Pengarang Sastra Jawa (OPSJ) Komda Jatim. Pada 20 Mei 1974 Esmiet mendirikan Sanggar Parikuning.

Kiprah Esmiet dalam sastra Jawa bermula tahun 1956 dan setahun kemudian cerkaknya yang berjudul “Semanding” dimuat dalam Tjrita Tjekak. Bukti bahwa karya Esmiet bermutu tampak dari seringnya mendapat penghargaan dalam berbagai sayembara, yaitu: “Satus Pitung Puluh Lima”, juara I penulisan cerkak majalah Jaya Baya (1971); “Kamar” (1978), penghargaan juara I cerkak majalah Jaya Baya; penghargaan dari PKJT Surakarta untuk cerkak “Diseblakake Ping Pitu” (1976) dan “Angin Puputan Kedhung Srengenge” (1978); novel Nalika Langite Obah (1997) dianugerahi hadiah sastra Rancage tahun 1998; dan tahun 2001 dianugerahi penghargaan Rancage atas jasa-jasanya mengembangkan bahasa dan sastra Jawa. Beberapa karya Esmiet, yakni: Sambung Tuwuh (bacaan anak, 1979); bacaan remaja Nrajang Selane Ampak-Ampak (1967), Pistule Prawan Manis (1981), Lampu Abang (1981), dan Jaring Kuning (1982); novel dewasa Tunggak-Tunggak Jati (1977), Oyot Mimang (1978), Gapura Putih (1979), Jaring Kuning (1979), dan Nalika Langite Obah (1997); dan, novel panglipur wuyung berjudul Randha Teles, Gedhang Kepok Gedhang Ijo, Pistule Prawan Manis (1965), Lampu Abang (1966), dan Notes Kuning (1966).

Esmiet tidak hanya mengarang karya sastra berbahasa Jawa, tetapi juga sastra Indonesia. Beberapa cerpen berbahasa Indonesia dimuat dalam majalah Stop, Senang, Liberty, POP, dan Detektif & Romantika. Konon sampai tahun 1991 ia telah menulis 2.056 cerpen, 138 cerbung, dan 12 novel.

 

Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *