Nama sebenarnya adalah Djuhaeri. Namun, ia lebih akrab dipanggil Herry Lamongan. Lelaki kelahiran Bondowoso, 8 Mei 1959 ini merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Ismail (almarhum), seorang pensiunan polisi (lahir tahun 1930). Ibunya bernama Sukarsih, kelahiran Jember 1933. Herry menikah dengan Ashabul Maimanah, Ama.Pd. kelahiran Gresik, 26 September 1960, yang dinikahinya pada tanggal 8 April 1987.
Bakat menulis Herry berawal dari kegemaran menulis buku harian, mencatat berbagai peristiwa yang terjadi setiap hari, kemudian berkorespondensi dengan banyak kawan di seluruh Indonesia. Kemudian ia ingin menggubah puisi sendiri untuk dipublikasikan/dikirimkan ke media-massa cetak (baik itu koran maupun majalah lokal dan ibu kota). Naskah pertama Herry termuat di koran Eksponen tahun 1983 (Yogyakarta), tanpa mendapatkan honorarium. Hingga kini pekerjaan tersebut terus dilakukan: mencatat, merevisi naskah lama, kemudian mengirimkannya untuk dipublikasikan. Dalam berkorespondensi itu, ia bertemu dengan komunitas HP3N (Himpunan Penulis, Pengarang, dan Penyair Nusantara) yang berpusat di Mataram, dengan ketuanya Putu Arya Tirtawirya. Melalui HP3N inilah, namanya sebagai penyair diakui oleh komunitas sastra seIndonesia. Di Jawa Timur, ada anggota HP3N selain Herry Lamongan, yaitu Ang Thek Khun dan Aming Aminoedhin (Surabaya), Tan Tjin Siong (BatuMalang), Surasono Rashar (Lumajang), dan Yani Aminoedhin (Jember), Herry bersekolah di Sekolah Dasar di Lamongan (lulus 1972), SLTP di Lamongan (lulus 1975), SLTA di Tuban (lulus 1979), dan lulus sarjana S-1 Universitas Islam Darul Ulum Lamongan (2004).
Pendidikan non-formal yang pernah diikuti Herry Lamongan antara lain: Lokakarya Khusus Deklamasi dan Baca Puisi, Kursus Karang-Mengarang & Teknik Penulisan Fiksi, Pelatihan Seniman Teater Jawa Timur. Riwayat latar belakang pekerjaan Herry Lamongan tidak banyak; sejak tahun 1979 hingga 2005, ia menjadi seorang guru sekolah dasar di Lamongan. Dalam dunia sastra, Herry Lamongan banyak aktif di kegiatan komunitas sastra, antara lain HP3N Jatim (1985—1990), PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya) tahun 1991—1994, Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) tahun 2000—2007, DKL (Dewan Kesenian Lamongan) tahun 2003—2007. Tidak hanya aktif di komunitas sastra Lamongan dan Jawa Timur, Herry juga berkalikali menjadi juri lomba tulis dan baca puisi di tingkat Kabupaten Lamongan maupun Jawa Timur. Kumpulan puisinya bersama rekan antara lain: Sang Penyair (1986), Lamat (1987), Surabaya Kotaku (1989), Jejak (1991), Semangat Tanjung Perak (1992), Malsasa 1991, 1992, l994, 1996, 2000, 2005, Bunga Rampai Bunga Pinggiran (1995), Memo Putih (2000), Bulan Merayap (2004), Lanskap Telunjuk (2004), Duka Atjeh Duka Bersama (2005), Khianat Waktu (2006), dan banyak lagi. Penghargaan kesusastraan yang pernah diraih adalah penulis terbaik versi Sanggar Minum Kopi Denpasar (1989), Pemakalah Festival Puisi di Batu-Malang (1990), Penulis Gurit terbaik versi Sanggar Triwida (1995). Herry Lamongan beserta keluarga beralamat di Jalan Madedadi VI/36 Perumahan Made, Lamongan 62251. Dia bisa dihubungi melalui telepon (0322) 315132.
Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur