Penyair lulusan Fakultas Sastra Universitas Jember ini memiliki nama sapaan Hendry. Sehari-hari, Pria yang lahir di Gresik, 5 Maret 1965 ini adalah seorang guru bahasa dan sastra salah satu sekolah di Gresik. Karyanya banyak tersebar di berbagai media, seperti Kalam, Surabaya Pos, Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Hai, Kuntum, Tebuireng, Memorandum, Kolong, Teras, Buletin DKS, Kidung DKJT, Karya Darma, dan Jurnal Selarong. Puisi-puisi Mardi Luhung dimuat dalam (1) Antologi Puisi Indonesia (KSI, 1997); (2) Memo Putih (2000); (3) Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (Grasindo, 2003); (4) Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (Horison, 2002); (5) Bapakku Telah Pergi (BMS, 1995); (6) Bertandang Dalam Proses (TUK, 1999); (7) Mimbar Penyair Abad 21 (DKI, 1996); (8) Birahi Hujan (DKJ, Akar, Logung, 2004); dan (9) Living Together (Kalam, 2005). Dalam dunia drama, Mardi Luhung juga memiliki karya, yaitu berjudul Tumpat (1993), Transaksi (1994), dan Dari Tanah Kembali ke Tanah (1994). Terdapat juga buku puisi tunggalnya, yaitu (1) Terbelah Sudah Jantungku (1996); (2) Wanita yang Kencing di Semak (2002), dan buku puisi terbaru Ciuman Bibirku yang Kelabu diterbitkan oleh Akar Indonesia, Yogyakarta (2007). Mardi Luhung pernah memenangi Sayembara Mengarang tentang Apresiasi Sastra untuk Guru SLTA yang diselenggarakan Pusat Bahasa (1999). Selain diundang menjadi narasumber di banyak kegiatan, Mardi Luhung juga mengikuti program penulisan Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) di bidang puisi (2002), Cakrawala Sastra Indonesia (2004), International Literary Biennale (2005), dan diundang dalam Festival Seni Yogyakarta XVIII (2006).
Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur