Mashuri, Sastrawan’Ngaceng’ dari Lamongan

Mashuri adalah sastrawan yang banyak menulis puisi dan cerita pendek. Mashuri lahir di Desa Wanar, Kecamatan Pucuk, Lamongan, 27 April 1976, dari pasangan Imam dan Maspuanah. Orangtuanya bersuku Jawa dan sehari-hari menjadi petani di Desa Wanar-Lamongan. Mashuri menikah dengan Hani’atul Mariah, wanita kelahiran Pati 9 Desember 1981, dan telah dikaruniai seorang putri dan seorang putra.

Pendidikan formal Mashuri dijalani mulai tahun 1982—1986 di SDN Wanar, Lamongan, tahun 1991 di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, dan MA Ta’sisut Taqwa di Surabaya tahun 1994. Dia kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra Universitas Airlangga, Surabaya, jurusan Sastra Indonesia, lulus tahun 2002. Selain itu, Mashuri juga tercatat sebagai jebolan pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beberapa pelatihan seni-sastra dan jurnalistik pernah diikutinya ketika masih kuliah di Unair.

Mashuri pernah menjadi wartawan/redaktur surat kabar. Saat ini, namanya tercatat sebagai salah satu pegawai di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur sebagai tenaga teknis peneliti bidang sastra. Mashuri banyak bergiat dalam organisasi dan komunitas antara lain Teater Gapus Fakultas Sastra Unair, Forum Studi Seni dan Sastra Luar Pagar (FS3LP) Surabaya, Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Komunitas Triwikromo Unair Surabaya, LEPASS (Lembaga Pengkajian Agama, Sastra, dan Sejarah), Forum Kajian Pemikiran Islam (FKPI) Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur.

Kali pertama menulis di surat kabar Karya Dharma tahun 1997, Huri berhonor Rp1.500,00. Menulis bagi Mashuri merupakan media ekspresi dan aktualisasi diri dan tentunya sebagai pengamalan ilmu. Hal-hal itulah yang menjadi motivasi dan penjaga keeksisan seorang Mashuri. Kalau sekarang dia masih aktif menulis karena memang itu jalan hidupnya. Honorarium yang diterima Mashuri sekarang berkisar Rp100.000,00— Rp500.000,00. Menurut pengakuan jebolan pondok pesantren Salafiyah Raudlatul Mutaallimin dan pondok pesantren Ta’sisut Taqwa Galang, Lamongan ini, kemampuan menulis yang dimilikinya otodidak, yakni belajar dari penulis-penulis pendahulunya serta diperkaya dengan diskusi bersama teman-teman sekomunitas.

Karya-karya sastra Mashuri berwujud puisi, prosa, esai, dan drama. Adapun karya sastra Mashuri dalam bentuk buku antara lain: (1) Refleksi (Gapus-1995); (2) Seribu Wadah Lilin (Gapus-1995); (3) Menguak Tanah Kering (Gapus-1997); (4) Jawadwipa 3003 (Antologi Puisi Tunggal) (Gapus-2003); (5) Manifesto Surrealisme-Puisi Bersama (FS3LP & Galah Yogya, 2002); (6) Permohonan Hijau (antologi puisi bersama) FSS-2003; (7) Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas-2003); (8) Antologi Penyair Jawa Timur (FSS-2004); (9) Duka Atjeh Duka Bersama (antologi puisi) Dewan Kesenian Jawa Timur 2005; (10) Mahadduka Aceh (puisi) Pusat Dokumentasi Sastra HB. Yassin—2005; (11) Black Forest (kumpulan cerpen) FSS—2005; (12) Festival Mei (puisi) Forum Sastra Bandung—2006; (13) Imajinasi Luka (puisi) Dewan Kesenian Lamongan—2006; (14) Sastra dan Mistisisme (esai) Yayasan Lanskap & Fakultas Psikologi Unair—2003; (15) Kentrung Jancukan (puisi) Gapus—2006; (16) Sebatang Rokok dan Secangkir Kopi (cerpen) Gapus—2006; (17) Kerja Sebagai Estetika Kota Surabaya (Esai) Gapus—2006; dan (18) Malsasa 2005 (puisi) Forum Sastra Bersama—2005.

Tulisan-tulisan hasil karya Mashuri tersebar di berbagai media, antara lain: Jurnal Kebudayaan Kalam, Jurnal Puisi, Jurnal Aksara, Jurnal Thought, Majalah IAIN News, Majalah Aksara, Majalah Sindu, Telunjuk, Kompas, Media Indonesia, Republika, Jawa Pos, Surya, Surabaya Post, Surabaya News, Karya Darma, Duta Masyarakat, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Rakyat Merdeka, Memorandum, Media kampus (Gatra dan Situs di Unair), On Off, Jaringan Islam Liberal, Inspirasi (Situs AIAA Australia), dan Arah Kiri (Situs Malaysia) dan KompasJatim.

Selain menulis karya sastra dalam bahasa Indonesia, Mashuri juga aktif menulis karya sastra dalam bahasa Jawa. Media massa yang memuat karya berbahasa Jawa milik Mashuri antara lain Damarjati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Suket, dan sebagainya. Aktivitas menulis Mashuri juga telah membuahkan beberapa penghargaan, di antaranya 10 besar Lomba Puisi yang diadakan oleh Surat Kabar Rakyat Merdeka, juara harapan II Lomba Menulis Wisata.

Karya monumental Mashuri adalah novel Hubbu yang berhasil memenangi Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta Tahun 2006. Karya tersebut mengungguli 248 naskah lain dan memperoleh hadiah utama 20 juta rupiah. Novel ini menurut Mashuri mencampur unsur wayang dan kekinian. Pengagum Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad ini mengibaratkan proses kreatif penciptaan novel Hubbu mirip orang mengandung. Selain menulis karya sastra, Mashuri juga menjadi narasumber berbagai kegiatan kesastraan. Setelah diterima menjadi staf di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur pada tahun 2006, kesibukannya semakin bertambah, yakni sebagai tenaga teknis peneliti sastra. Sejak tahun 2021 dia menjadi peneliti sastra di Badan Riset dan Inovasi Nasional.

 

Sumber: Roesmiati, Dian. 2012. Ensiklopedia Sastra Jawa Timur. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *