Timur Budi Raja atau akrab dipanggil Timur adalah salah satu penyair dari pulau garam, Madura. Dalam diri Timur masih mengalir darah biru, terbukti dengan melekatnya gelar Raden di depan namanya. Sebagai penyair, Timur masih sangat muda usianya. Ia telah menulis sajak sejak kelas 4 SD. Selain menulis sajak dan prosa lirik, ia juga menulis beberapa naskah drama dan esai kebudayaan. Beberapa sajaknya telah memenangkan lomba cipta puisi. Tahun 1998, Timur memenangkan Lomba Cipta Puisi (LCP) se-Madura sebagai juara I. Timur juga menyutradarai beberapa pementasan teater, di antaranya Nyare Madura (2003) yaitu sebuah pementasan musik-teater di Unijoyo dalam rangka pertukaran budaya mahasiswa Oxford Madura. Hasil karyanya pertama kali dimuat tahun 1997 bergenre puisi dengan honorarium lima belas ribu rupiah.
Timur Budi Raja atau akrab dipanggil Timur adalah salah satu penyair dari pulau garam Madura. Dalam diri Timur masih mengalir darah biru, terbukti dengan melekatnya gelar raden di depan namanya. Sebagai penyair, Timur masih sangat muda usianya. Ia dilahirkan di Bangkalan, 1 Juni 1979. Darah seninya mengalir dari sang ayah, Syarifuddin Dea. Timur Budi Raja menikah dengan Salis Susmiati. Timur Budi Raja tahun 2002 tercatat sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Hukum Unijoyo, Madura. Adapun Sekolah Dasar ditamatkan tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama lulus tahun 1995, dan Sekolah Menengah Atas lulus tahun 1998. Timur Budi Raja aktif sebagai penyiar di Radio Swasta Amanna FM (2000—2001); sebagai penyiar di Radio Elbayu (2001); sebagai pengajar ekstrakurikuler Teater di SMANSAKA.
Saat ini, Timur menjabat sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Bangkalan dan aktivis di Komunitas Lingkar Sastra Junok. Bersama kawan-kawan dari beberapa daerah, dia menggagas keberadaan Masyarakat Sastra Luar Forum dan Poros Sastra. Timur mulai menulis sajak sejak kelas 4 SD. Selain menulis sajak dan prosa lirik, ia juga menulis beberapa naskah drama dan esai kebudayaan. Beberapa sajaknya telah memenangkan lomba cipta puisi.
Tahun 1998, Timur memenangkan Lomba Cipta Puisi (LCP) se-Madura sebagai juara I. Sajaknya “Biografi dari Beranda Sine” mendapatkan penghargaan dari YKSI (Yayasan Komunitas Sastra Indonesia-Jakarta) dalam lomba cipta puisi Anti Kekerasan se-Indonesia tahun 1998. Sajaknya “Sehabis Sore Ini” mendapatkan penghargaan “Purbacaraka Award” dari sanggar Purbacaraka Fakultas Sastra Udayana-Bali dalam LCP Nusantara tahun 2002. Sajak-sajak Timur Budi Raja pernah juga dimuat di Voice of Law (majalah kampus), Harian Surabaya Pos, Majalah Kidung (Dewan Kesenian Jawa Timur), Horison, Majalah MPA (Mimbar Pengajian Alam), Fajar (harian Sulawesi Selatan), Aliansi Budaya (Unhas-Makasar), Pewarta Siang, Buletin Penggak (Bali), Buletin Lorong (Surabaya), Radar-Jawa Pos (Madura), Harian Pedoman Rakyat, dan sebagainya.
Sajak-sajaknya juga pernah menjadi bagian dalam beberapa kumpulan puisi, di antaranya kumpulan puisi Akulah Mantera (1996), kumpulan puisi pemenang LCP se-Madura Mosshat (1998), kumpulan puisi Anak Beranak (1998), kumpulan puisi 46 penyair se-Jawa dan Bali Istana Loncatan (1998), kumpulan puisi penyair Jawa Timur Luka Waktu (1998), kumpulan puisi nomine LCP Anti Kekerasan YKSI Award Narasi 34 Jam (2001), kumpulan puisi penyair Bangkalan Osteophorosis (2001), kumpulan puisi penyair Madura Hidro Sefalus (2001), antologi Sastra Pelajar dalam Horison (2002), kumpulan puisi pemenang LCP sanggar Purwacaraka Award Ning (2002), kumpulan puisi Festival Seni Surabaya (FSS) Permohonan Hijau (2003), dan kumpulan puisi Festival Seni Surabaya (FSS) Penyair Jawa Timur (2004). Timur Budi Raja juga dikenal aktif di teater.
Dia pernah mengikuti lokakarya teater Ian Jarvis Brown dari Australia yang diselenggarakan di Taman Budaya Jawa Timur tahun 1998. Ia juga pernah mengadakan pementasan teater monoplay dengan judul “Nyanyian-Nyanyian Buram” di tiga kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Nganjuk pada Festival Monoplay Keliling Jawa Timur 1998—1999 yang digagas Forum Masyarakat Teater Jawa Timur dan Dewan Kesenian Jawa Timur. Selain itu, Timur juga mengikuti Temu Teater ke-10 di Yogyakarta tahun 1999; mementaskan teater monoplay “Sirene” (naskah sendiri) tahun 1999 di Bangkalan dan di Gedung Auditorium Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (1999); mengikuti Temu Sastra Kepulauan I di Makasar-Sulawesi Selatan (1999); mementaskan teater monoplay “Prosesia Malam Gerhana” (naskah sendiri) sebagai prolog musik oratorium Jiwa Jiwa Mati karya Memet Khairul Slamet di Gedung Pertunjukan Purna Budaya Yogyakarta dalam Festival Kesenian Yogyakarta ke IX (1999); mengikuti Temu Sastrawan Kepulauan II di Makasar-Sulawesi Selatan (2000); mementaskan teater monoplay Prosesia Malam Gerhana di Sekolah Tinggi Kesenian Wilawatikta Surabaya (2001).
Timur juga menyutradarai beberapa pementasan teater, di antaranya Nyare Madura (2003), yaitu sebuah pementasan musik-teater di Unijoyo dalam rangka pertukaran budaya mahasiswa Oxford Madura; Mari Pulang Ke Indonesia (teater kolosal) di Unijoyo tahun 2004; dan Fragmen Gambar Cinta Dari Aceh dari “Sanggar Lentera” STKIP PGRI Sumenep dalam rangka Peduli Aceh di Gedung Nasional Indonesia Sumenep. Timur juga banyak mendapat penghargaan. Hasil karyanya pertama kali dimuat tahun 1977 bergenre puisi dengan honorarium lima belas ribu rupiah. Sajak-sajak Timur Budi Raja dalam kumpulan Aksara yang Meneteskan Api bertema keterasingan dan kesepian manusia.