Shoim Anwar, Cerpenis dari Kota Beriman

Shoim Anwar merupakan cerpenis dari Kota Beriman, alias Jombang, Jawa Timur. Ia saat ini berkeja sebagai pengajar di beberapa sekolah maupun perguruana tinggi swasta. Kegemaran memelihara burung juga mengilhami ia menulis cerita pendek berjudul “Sang Guru dan Perkutut”. Selain itu, Shoim juga aktif dalam dunia seni dan budaya. Cerpen pertamanya berjudul “Potret Siti Fatonah” dibuat tahun 1985. Sosok Shoim Anwar yang berkaitan dengan kegiatan kreatif dibuktikan dengan terpilihnya cerpen-cerpennya dalam beberapa sayembara mengarang atau menulis cerpen tingkat nasional.

Shoim Anwar atau yang bernama lengkap Mohammad Shoim Anwar merupakan cerpenis Jawa Timur. Shoim Anwar dilahirkan di desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur tanggal 16 Mei 1963. Ayahnya bernama Anwar (almarhum), seorang wiraswasta, yang bertempat tinggal di Jombang, beragama Islam, dan bersuku Jawa. Sementara ibunya bernama Tianah, ibu rumah tangga, yang tinggal di Jombang, dan bersuku Jawa. Shoim Anwar terlahir sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara. Saat masih kecil, Shoim Anwar—lazimnya anak desa— bercita-cita menjadi juru tulis di kantor. Ia menem-puh pendidikan sekolah dasar (SD) di Jombang hingga tamat tahun 1978. Selanjutnya, ia belajar ke sekolah menengah pertama (SMP) dan tamat pada tahun 1981. Ketika SMP, ia berada di pesantren. Situasi lingkungan seperti pesantren membuat ia semakin gemar menulis.

Pendidikan SMA ditempuh di sekolah pendidikan guru (SPG) dan lulus tahun 1984. Dia kemudian melanjutkan kuliah di IKIP Surabaya (Unesa), mengambil program S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, dan lulus pada tahun 1989. Selanjutnya, ia mendapat beasiswa dari Unesa untuk melanjutkan kuliah pascasarjana, dan diwisuda pada tanggal 17 April 2004. Tesisnya berjudul “Soeharto Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Cerita Pendek Indonesia”. Sekarang, Shoim bekerja sebagai guru di beberapa sekolah dan dosen di perguruan tinggi swasta. Shoim Anwar menikah dengan Setyowati, seorang guru SMP Negeri 20 Surabaya, pada tanggal 8 November 1990. Sejak tahun 1984 M. Shoim Anwar telah mengajar sekolah dasar di Jombang, dan sampai sekarang ia tetap mencintai profesi sebagai seorang pendidik. Selain menulis cerita, M. Shoim Anwar mempunyai kegemaran melukis dan memelihara burung. Di rumahnya, ada beberapa hasil lukisan Shoim Anwar terpampang di dinding. Kegemaran memelihara burung juga mengilhami ia menulis cerita pendek berjudul “Sang Guru dan Perkutut”, meskipun menurutnya cerpen itu tertulis sebelum ia memiliki hobi memelihara burung perkutut. Selain terlibat di dunia pendidikan, Shoim juga menggeluti kebudayaan. Ia sangat aktif dalam menggeluti dunia seni dan budaya. Pada tahun 2004, ia mendapat kepercayaan dari pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai ketua PSN (Pertemuan Sastrawan Nusantara), yang kebetulan pelaksanaannya di Surabaya, tanggal 27—30 September 2004. Karier Shoim Anwar di bidang tulis menulis berawal dari surat kabar Surabaya Post.

Tulisan M. Shoim Anwar berwujud cerita-cerita pendek. Cerpen pertamanya berjudul “Potret Siti Fatonah” dibuat tahun 1985. Sejak saat itulah, cerpen-cerpen karya Shoim Anwar membanjiri berbagai surat kabar terbitan Jawa Timur, seperti Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, dan berbagai majalah sastra Horison, Gema, dan Basis. Karier Shoim Anwar di dunia pendidikan berawal dari guru sekolah dasar tahun 1984. Pada tahun 1989—1995, Shoim Anwar menjadi guru di SLTP YPPI 2 Surabaya. Berikutnya, tahun 1989—2000 ia mengajar di SMA YPPI 1 Surabaya. Sejak tahun 1999—sampai sekarang menjadi dosen di Universitas Widya Darma Surabaya, tahun 2001— sampai sekarang menjadi dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan sejak tahun 2002— sampai sekarang menjadi guru di SMP Al Hikmah Surabaya. Dalam peta perjalanan sastra Indonesia, Shoim Anwar tercatat sebagai pengarang era 80-an. Shoim Anwar sangat produktif dalam berkarya. Suripan Sadi Hutomo (almarhum) menyebutnya sebagai pengarang yang berkaliber internasional, bersama Budi Darma, Muhammad Ali, Zawawi Imron, dan Moes Loindong (almarhum). Kecenderungan karya cerpen M. Shoim Anwar menyuarakan masalah kritik sosial adalah hal yang wajar, karena Shoim Anwar memang hidup di era orde baru yang sarat bersentuhan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, moral, dan sebagainya.

Sosok Shoim Anwar yang berkaitan dengan kegiatan kreatif dibuktikan dengan terpilihnya cerpen-cerpennya dalam beberapa sayembara mengarang atau menulis cerpen tingkat nasional. Selain itu, Shoim tidak pernah melewatkan kesempatan itu. Tiga kali berturut-turut menjadi juara pada lomba menulis cerpen dan esai, di antaranya tiga kali berturut-turut menjadi juara pada lomba penulisan cepen yang diadakan Dewan Kesenian Surabaya (1988, 1989, dan 1990) yaitu cerpen berjudul “Brundy Drummond” (1988) yang diikutsertakan pada pameran kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS 1990—1991); “Laki-laki Bercelurit” (1989), dan “Cerpen Musim Gugur” (1990). Tahun 2000 sampai dengan 2003 cerpen-cerpennya juga menjuarai tingkat nasional, yaitu mendapat hadiah dari Departemen Pendidikan Nasional. Cerpen yang mendapat hadiah tersebut berjudul “Para Pedansa”, “Dia Bukan Anakku”, “Laboratorium Tikus”, dan “Di Tengah Kemarau”. Beberapa cerpennya masuk dalam antologi berbahasa Indonesia dan Inggris, yaitu Cerita Pendek dari Surabaya (penyunting Suripan Sadi Hutomo); Negeri Bayang-Bayang (penyunting Zawawi Imron, dkk.); Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (penyunting Korrie Layun Rampan); Dari Fansuri ke Handayani (penyunting Taufik Ismail, dkk.); Horison Sastra Indonesia (penyunting Taufik Ismail, dkk.); New York After Midnight (penyunting Satyagraha Hoerip); dan Beyond the Horizon (penyunting David T. Hill) Berikut ini hasil karya cerpen M. Shoim Anwar yang berhasil diinventarisasi: (1) “Potret Siti Fatonah”, Surabaya Post 17 Oktober 1985; (2) “Jantung”, Surabaya Post Mei 1994; (3) “Bilawal” Surabaya Post Januari 1996; (4) “Dandung Awuk Menggiring Banteng”, Jawa Pos 28 Juli 1986; (5) “Perempuan Berpijar Ungu”, Surabaya Post 24 Agustus 1997; (6) “Catatan Kematian”, Jawa Pos 15 Agustus 1997; (7) “Daerah Garong”, Surabaya Post 25 Januari 1998; (8) “Prabandari Dalam Demonstran”, Surabaya Post 19 Juli 1998; (9) “Jenazah Orang Besar”, Surabaya Post 3 Januari 1998; (10) “Janji Ketua Parlemen”, Jawa Pos 7 Maret 1999; (11) “Dia Bukan Anakku”, Surabaya Post 15 Agustus 1999; (12) “Kutu Loncat”, Jawa Pos 10 Oktober 1999; (13) “Menunggu Abad Berlalu”, Surabaya Post 2 Januari 2000; (14) “Perampok”, Surabaya Post 2 Juli 2000; (15) “Paket”, Suara Merdeka 5 November 2000; (16) “Laboratorium Tikus”, Horison 25 Maret 2001; (17) “Penumpang Gelap”, Surabaya Post 1 April 2001; (18) “Blawong”, Surabaya Post 19 Agustus 2001; (19) “Para Pedansa”, Jawa Pos 30 September 2001; (20) “Perempuan Terakhir”, Jawa Pos 19 Mei 2002; (21) “Tiga Perempuan”, Suara Merdeka 14 Juli 2002; (22) “Tikus Parlemen”, Jawa Pos 26 Januari 2003; (23) “Devia”, Jawa Pos 20 Agustus 2000; (24) “Sunyahni”, Basis Mei-Juni 1997; (25) “Sulasih”, Surabaya Post 3 Oktober 1999; (26) “Kiai Badrun, Roji, dan Istri-istrinya”, Suara Merdeka 14 Juli 2002; (27) “Perempuan Penjaga Gudang”, Jawa Pos 24 November 1996; (28) “Dari Rumba ke Salsa”, Jawa Pos 30 Januari 2002; (29) “Baginda Itu Human Error”, Horison Mei 1999; (30) “Kami Cemburu”, Suara Merdeka 5 November 2000; (31) “Di depan Gedung Parlemen”; (32) Oknum (kumpulan cerpen), 1992, terdapat tujuh cerpen, yaitu “Oknum” (Surabaya Pos 19 Januari 1992), “Brundy Drummond” (Horison Januari 1988), “Musim Gugur” (Horison Oktober 1989), “Luka Memanjang” (Horison November 1991), “Laki-laki Bercelurit” (Surabaya Post 20 November 1988), “Gembrit Foury” (Gema Juli 1989), “Awak Ludruk” (Horison Januari 1991); (33) Musyawarah Para Bajingan (kumpulan cerpen), terdapat sebelas cerpen, “Musyawarah Para Bajingan” (Horison Maret 1992), “Sang Penari Barong” (Surabaya Post, November 1990), “Laki-laki Dalam Kerapan” (Surabaya Post, Juni 1992), “Perempuan Tawanan” (Surabaya Post, Agustus 1992), “Gairah Para Undangan” (Surabaya Post, Agustus 1992), “Sebiji Pisang Dalam Perut Jenazah” (Horison, April 1993), “Kematian Bapak” (Surabaya Post, November 1989), “Pak Sampah” (Surabaya Post, November 1990), “Sang Guru dan Perkutut” (Surabaya Post, Juni 1989), “Mati Empat Kali”. (Surabaya Post, Desember 1987), dan “Jabat Terakhir” (Surabaya Post, Juni 1987); (34) Pot dalam Otak Kepala Desa (kumpulan cerpen), terdapat dua belas cerpen, yaitu “Pot dalam Otak Kepala Desa” (Surabaya Post, November 1993), “Kembali Makan Gaplek” (Horison, Juli 1994), “Beringin Tua” (Surabaya Post, Januari 1993), “Tiga Kandidat” (Surabaya Post, Januari 1994), “Jantung” (Surabaya Post, Mei 1994), “Kakek” (Surabaya Post, 1993), “Sulistini” (Surabaya Post, Mei 1993), “Aroma Celurit” (Surabaya Post, 1995) “Ketika Pawai Berakhir” (Surabaya Post, Juli 1994), “Di Tengah Arena” (Surabaya Post, November 1993), “Guling” (Surabaya Post, 1994), dan “Rendemen” (Horison, Juli 1997).

Bookmark the permalink.

Comments are closed.