Tauhed Supratman

Tauhed memiliki nama lengkap Muhammad Tauhed Supratman. Pria bersuku Madura ini lahir 27 November 1970 di Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tauhed merupakan putra dari Muhammad Djohar dan Rodiyah. Saat ini Tauhed Supratman masih tinggal bersama kedua orang tuanya di Jalan Jembatan Serang 3, Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura. Pria Madura ini menamatkan SD di Tanjung, Pademawu tahun 1984 kemudian menamatkan SMP tahun 1987, sedangkan pendidikan lanjutan atas di SPG Kabupaten Pamekasan dan tamat 1990. Tauhed Supratman melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Pamekasan dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2001. Selain sebagai penyair, Tauhed Supratman sehari-harinya berprofesi sebagai guru, wartawan, penyunting, dan asisten dosen di FKIP Universitas Madura, Pamekasan. Pria Madura ini juga aktif di berbagai kegiatan dan organisasi di antaranya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP) Universitas Madura sampai tahun 2000. Sejak 2003—sekarang, Tauhed aktif sebagai Pembina Teater Akura (teater kampus) di Universitas Madura. Tauhed Supratman juga aktif mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik di Kabupaten Pamekasan maupun di lembaga jurnalistik Mandiri, Jakarta. Penyair yang juga menyukai menulis cerita pendek dan esai ini pertama kali menulis di Mingguan Guru 1993 dengan honor lima ribu rupiah. Tauhed pertama kali menulis karya sastra berjudul “Peranan Wanita dalam Pembangunan” dan dimuat di Jawa Pos tahun 1989.

Tauhed Supratman mengakui bahwa kemampuan menulis didapatkannya secara otodidak dan diperdalam dengan mengikuti kursus jurnalistik. Hasil karya Tauhed Supratman yang sudah dipublikasikan dalam bentuk buku antara lain “Nyanyian dari Kampus” (puisi) tahun 1997, diterbitkan dalam antologi Puisi Rakyat Merdeka tahun 2003 dan diterbitkan atas kerja sama Radio Nederland dan Grasindo Jakarta; “Ketika Kematian Kian Dekat” dan “Pusara” (puisi) diterbitkan dalam antologi bersama Duka Atjeh Duka Bersama Februari 2005 dan diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur dan Logung Pustaka, Yogyakarta; “Aceh dalam Tabung Kaca” tahun 2004 dan “Mayat tanpa Kafan” tahun 2005 diterbitkan dalam antologi Dari Are’ Lancor ke Hati Rencong tahun 2005 antologi bersama penyair Pamekasan diterbitkan Pustaka Indecs, Pamekasan. Adapun karya Tauhed Supratman berwujud puisi yang dimuat di majalah dan surat kabar antara lain (1) “Sepanas Mentari” dan “Purnama tanpa Rembulan” dalam Mingguan Guru (1993); (2) “Aku Angin” dalam Simponi (1993); (3) “Pengakuanku”, “Di Balik Kaca-mata Minusmu”, dan “Untukmu” dalam Aula (1994); (4) “Aku Garam” dalam Karya Darma (1994); (5) “Peganglah” dalam MPA (1994); (6) “Catatan Tercecer Seorang Demon-stran” dalam Inti Jaya (1997); (7) “Terbui” dan “Jumiang” dalam MPA (1997); (8) “Matahari Membakar Ujung Madura” dalam Karya Darma (1997); (9) “E Tase’ Madura” dan “Koburan” dalam Jawa Pos (2002); (10) “Irisan Rahasia Cinta” dan “Apakah Kita Masih Saling Cinta” dalam Bende edisi 9 (2004); (11) “Sang Saka di Kaki Ibu”, “Fatamorgana Reformasi”, “Reformasi Bisu”, “Anak-anak Reformasi”, “Narasi Sunyi Sepanjang Reformasi” dalam Bende edisi 11 (2004); (12) “Kutawarkan”, “Mawar di Tengah Pesta”, “Pulang”, “Persahabatan” dalam Bende edisi 18 (2004); (13) “Rumah”, “Dalam Bayang-bayang”, “Sisa Usia” dalam Jawa Pos-Radar Madura (15 Februari 2004); (14) “Rakyat dan Demokrasi”, “Anak-anak Jalanan” dalam Surya (31 November 2004); (15) “Aceh dalam Tabung Kaca” dalam Jawa Pos-Radar Madura (2 Januari 2005); (16) “Kukembalikan”, “Kepada Panas”, “Syair Petani”, “Nyanyian Angin”, “Jangan Bermain Sandiwara Di sini” dalam Jawa Pos-Radar Madura (16 Januari 2005); (17) “Sebuah Nama”, “Gelegar Asmara”, “Saat yang Tertunda”, “Kabut Itu”, “Tentang Penyair Bisu”, “Pita Penghias Mayatku” dalam Jawa Pos-Radar Madura (6 Februari 2005); (18) “Dalam Jangbajangan”, “Sorat”, “Are’ Lancor”, “Roma”, “Karena Omor” dalam Surabaya Post (6 Februari 2005); (19) “Gelisah Berpeluk dalam Senyuman”, “Hati Ibu”, “Di Jalan Tanpa Cahaya”, “Mawar”, “Kutulis Namamu” dalam Jawa Pos-Radar Madura (17 April 2005); (20) “Parao”, “E Terminal Mekkasan” dalam Majalah Himaba, 2005. Selain itu, karya Tauhed yang berwujud cerpen antara lain: “Kekasihku Airmata”, “Kisah di Radio”, “Cinta Lewat Radio”, “Valentine Day”, dan “Reuni”. Karya yang berujud artikel/ esai sastra antara lain: “Sastra Madura, Terputus dengan Generasinya” dalam Bende edisi 4 (2003); “Teater Reformasi” dalam Bende edisi 5 (2003); “Wasiat Nenek yang Hampir Hilang”- Sepenggal Catatan Budaya dalam Bende edisi 7 (2003); “Dehumanisasi dalam Sastra Indonesia” dalam Bende edisi 9. (2004); “Sastra Madura, Di mana Kau?” dalam Jawa Pos-Radar Madura (18 April 2004); “Budaya Barat dalam Puisi Iqbal”; “Mengenal Tradisi Kerapan Sapi di Madura” dalam Bende edisi 22 (2005); “Potret Buram Hak Asasi Seniman Indonesia” dibacakan di Ranesi (Radio Nederland Siaran Indonesia di Helvirum, Belanda 8 Agustus 2004); “Soeharto Di mata Cerpenis Indonesia” dibacakan di Ranesi 13 Agustus 2005; “Teater Reformasi” Indonesia dalam Puisi dalam Surya (1 Mei 2005); dan “Pengakuan Pariyem Prosa Liris Belatar Belakang Budaya Jawa” dalam Kdung (2005). Karya Tauhed Supratman yang bukan sastra antara lain “Peranan Wanita dalam Pembangunan” (1989); “Kiat Mengobati Patah Hati” (1992); “Pantai Jumiang Objek Wisata Strategis di Kabupaten Pamekasan” (2004); dan “Yuk, Kita Nulis Yuk!” (2005).

Bookmark the permalink.

Comments are closed.