Bathoro Katong: Jejak Legenda yang Abadi di Kota Reog

Kabupaten Ponorogo yang dikenal sebagai Kota Reog memiliki banyak cerita sejarah. Salah satu cerita sejarah yang cukup menarik adalah tentang Raden Bathoro Katong, sang legenda Kota Reog. Raden Bathoro Katong atau Lembu Kanigoro yang merupakan founding father-nya Ponorogo berhasil mengubah kondisi masyarakat Ponorogo yang awalnya primitif menuju peradaban yang lebih baik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa kedatangannya ke Ponorogo merupakan konsekuensi dari perubahan politik pada masa itu, yaitu dari kekuasaan Kerajaan Majapahit (Hindu-Budha) menuju pada kekuasaan Kerajaan Islam Demak. 

Selain itu, bukti sejarah yang berupa prasasti baik di candi, makam, masjid, dan tempat-tempat bersejarah lainnya masih relatif lengkap dan terpelihara secara baik. Namun, prasasti tersebut tidak dapat terbaca secara jelas oleh masyarakat Ponorogo maupun para pemerhati sejarah. Sebab, dokumen-dokumen tertulis yang mendukung prasasti tersebut sangat terbatas.

  

Gambar: https://diannurcahyanti.wordpress.com/makam-batoro-katong/ 

Legenda Bathoro Katong merupakan legenda turun-temurun rakyat Ponorogo yang mengandung cerita sejarah asal-usul daerah. Memelihara tradisi adalah perilaku yang telah diwariskan secara turun-temurun. Banyak nilai kehidupan yang terdapat pada Legenda Bathoro Katong. Legenda tersebut mengisahkan kekalahan Bathoro Katong menghadapi serangan Ki Ageng Kutu. 

Konon, pasukan Ki Ageng Kutu menyerang Ponorogo ketika Bathoro Katong dan prajuritnya sedang melaksanakan salat Jumat. Saat itu bertepatan pada hari Jumat Wage. Hingga kini, masyarakat Ponorogo berkeyakinan bahwa hari Jumat Wage merupakan hari nahas atau hari sial oleh masyarakat Ponorogo, terutama kaum abangan (Kumpulan Cerita Rakyat Ponorogo). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Ponorogo kental dengan tradisi animisme dan dinamisme yang diturunkan dari keyakinan leluhur kemudian diwariskan melalui cerita rakyat. Semenjak itu, hari Jumat Wage menjadi pantangan untuk bepergian, bercocok tanam, mendirikan rumah, menikahkan anak, mengkhitankan anak, dan sebagainya. 

Gambar: https://www.facebook.com/SemuaTentangPonorogo/posts/jumatan-di-masjid-bathoro-katong-ponorogobismilah-semoga-zona-merah-segera-berla/4247549218635393/?locale=id_ID

Gambar: https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/pemkab-ponorogo-upayakan-perbaikan-stadion-batoro-katong/ 

Hingga saat ini, nama Bathoro Katong dianggap penting bagi masyarakat Ponorogo. Hal ini terbukti karena beberapa tempat maupun bangunan masih banyak yang menggunakan nama “Bathoro Katong” seperti penamaan stadion, masjid, dan sebagainya. 

Sumber: 

  1. https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/05/192000678/dijuluki-kota-reog-ini-sejarah-kabupaten-ponorogo-ada-sejak-tahun-1496?page=all
  2. Pramono, Muhammad Fajar. (2006). Raden Bathoro Katong Bapak e Wong Ponorogo. Ponorogo: Lembaga Penelitian Pemberdayaan Birokrasi dan Masyarakat. http://repo.unida.gontor.ac.id/83/4/Raden%20Bathoro%20Katong%20Fix.pdf
  3. Sari, Fitriana Kartika. (2023). “Legenda Bathoro Katong dan Reog Ponorogo sebagai Materi Penguatan Karakter Berkebhinekaan”. Jurnal Bahasa dan Sastra, 10(2),
    117—123. https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/JBS/article/view/326/333
Bookmark the permalink.

Comments are closed.