Wahyu Haryanto ini dilahirkan di Surabaya 14 Oktober 1972. Karier W. Haryanto di bidang tulis menulis berawal dari surat kabar Surabaya Post tahun 1995 dengan sajaknya berjudul “Rekonstruksi Bisu” yang beraliran simbolis. Sejak saat itulah, tulisan-tulisan W. Haryanto kerap mengisi rubrik berbagai surat kabar maupun jurnal di Jawa Timur. Kebanyakan karya W. Haryanto beraliran realisme dan juga ilusionisme-naratif karena kedua aliran ini dianggap mampu membuka simpul terdalam dari kesadaran diri. Dia pernah menjadi juara III dalam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional tahun 1999 dan masuk dalam sepuluh (10) besar Lomba Kritik Sastra oleh Dewan Kesenian Jakarta
Penyair yang memiliki nama lengkap Wahyu Haryanto ini dilahirkan di Surabaya 14 Oktober 1972. W. Haryanto adalah anak sematawayang dari pasangan Warno (alm.) seorang purnawirawan TNI angkatan laut, beragama Islam, dan bersuku Jawa dengan Istuning Rubingah seorang ibu rumah tangga yang juga bersuku Jawa dan beragama Islam. Tahun 2004, W. Haryanto mencoba mengikuti tes pegawai negeri di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan berhasil diterima sebagai pegawai negeri dan ditempatkan di Balai Bahasa Surabaya (sekarang Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur). Tahun 2008, W. Haryanto menikah dengan Puput Amiranti, seorang guru dan sastrawan di Blitar. Bakat menulis We begitu ia akrab dipanggil semakin terasah ketika ia berkuliah di Fakultas Sastra Unair Surabaya. We menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) di Surabaya hingga tamat tahun 1985. Selanjutnya, ia belajar di sekolah menengah pertama (SMP) dan lulus tahun 1988. Sementara itu, pendidikan SMA ditempuh di Surabaya dan lulus tahun 1991, kemudian ia melanjutkan kuliah di Universitas Airlangga (Unair) mengambil program S1 Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia lulus tahun 1996. Pada tahun 2000 We terpilih sebagai mahasiswa berprestasi Unair. W. Haryanto selain menggeluti bidang sastra khususnya genre puisi, juga aktif di berbagai organisasi yang benafaskan sastra dan budaya. Sejak 2003 sampai dengan tahun 2008 ia berperan aktif di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) sebagai komite sastra. Ia pernah aktif di PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya) sebagai ketua divisi penerbitan. Sebelumnya, ia juga bergabung dengan “Teater Gapus” milik Fakultas Sastra Unair (1994—2002) sebagai penulis naskah dan direktur artistik. Di samping itu ia aktif dalam Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar (FS3LP) sebagai anggota sejak tahun 1997—1999. Karier W. Haryanto di bidang tulis menulis berawal dari surat kabar Surabaya Post tahun 1995 dengan sajaknya berjudul “Rekonstruksi Bisu” yang beraliran simbolis. Sejak saat itulah, tulisan-tulisan W. Haryanto kerap mengisi rubrik berbagai surat kabar maupun jurnal di Jawa Timur. Kebanyakan karya W. Haryanto beraliran realisme dan juga ilusionisme-naratif karena kedua aliran ini dianggap mampu membuka simpul terdalam dari kesadaran diri. Karya-karya W. Haryanto yang telah dimuat di surat kabar atau majalah, antara lain: “Rekonstruksi Bisu” dimuat dalam Surabaya Post (1995); “Kepompong Kenangan” dimuat di Kompas (2000); (3) “Lukisan Pengantin” dimuat di Kompas (2001); (4) “Januari dari Sebuah Perairan” dimuat dalam jurnal Kalam edisi 13 tahun 1999; (5) “Jawa” dimuat di jurnal Filsafat Mitra Budaya edisi 4 tahun 2002. Kebanyakan tulisan W. Haryanto memakai media bahasa Indonesia, dan memasukkan cengkok-cengkok musikal dalam bentuk dialek Suroboyoan. Salah satu karyanya berjudul “Ganda Mayit” beraliran simbolis ditulis dalam bahasa Jawa dan dimuat dalam antologi Kabar Saka Bendulmrisi terbitan PPSJS tahun 2001. Selain aktif menulis, W. Haryanto juga sering mengikuti berbagai lomba yang berkaitan dengan dunia seni dan sastra. Dia pernah menjadi juara III dalam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional tahun 1999 dan masuk dalam sepuluh (10) besar Lomba Kritik Sastra oleh Dewan Kesenian Jakarta. Beberapa karya W. Haryanto yang dipublikasikan dalam bentuk buku, antara lain: (1) “Memori Surabaya”, simbolis dimuat dalam Malsasa 1996, terbitan Dewan Kesenian Surabaya; (2) “Ikan”, simbolis dimuat dalam Ruwatan Balai Pemuda tahun 1998 terbitan Komunitas Seniman Surabaya; (3) “Labirin Dari Mata Yang Bening”, simbolis dimuat dalam Istana Loncatan tahun 1998 terbitan Lingkar Sastra Junak; (4) “Tunjungan 2000”, simbolis dimuat dalam Malsasa tahun 2000 terbitan Balai Bahasa Surabaya; (5) “Labirin Dari Mata Mayat” (antologi tunggal) terbitan DKJT tahun 2003; (6) “Cerita Buat Putri Rajab” (antologi tunggal), ilusionisme-naratif terbitan Komunitas Anarki tahun 2004; (7) “Manifesto Surrealis”, terbitan FS3LP dan Galah Yogyakarta tahun 2002.