Widodo Basuki tergolong pengarang sastra Jawa yang produktif. Karya-karyanya telah terbit di berbagai media berbahasa Jawa, seperti Penjebar Semangat dan Jaya Baya. Meskipun lebih dikenal sebagai penyair, Widodo Basuki juga menulis cerpen, esai, drama, cerita bersambung, dan cerita rakyat untuk anak-anak. Ia sering diundang untuk membacakan puisi-puisinya, terlibat dalam pementasan drama, dan menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan sarasehan. Dalam tulisannya, kadang-kadang ia menggunakan nama Liesty W, W. Basuki, dan Widodo B. Widodo Basuki lahir di Trenggalek tanggal 18 Juli 1967. Ia anak ke-5 dari delapan bersaudara. Ibunya bernama Asilah dan ayahnya bernama S. Muchtarom. Ia berasal dari etnis Jawa dan beragama Islam. Widodo Basuki menempuh pendidikan di SD Tawing I (1974—1980), SMP Munungan (1980—1983), dan SMAN I Trenggalek (1983—1986). Setelah lulus dari SMAN I Trenggalek, ia meneruskan ke STK “Wilwatikta” Surabaya (1986—1990) dan lulus dari IKIP PGRI Surabaya (1994—1997) jurusan seni rupa. Ia menikah tahun 1995 dengan Dra. Sri Sulistiani, M.Pd. dosen Bahasa dan Sastra Jawa di Universitas Negeri Surabaya. Ia mempunyai dua anak, yaitu Abhimata Zuhra Pramudita (1997) dan Gupita Zahra Laksmi Mahardhika (1999). Sebelum menjadi wartawan dan redaktur majalah Jayabaya dari tahun 1993 sampai sekarang, Widodo Basuki pernah bekerja sebagai desainer taman PT. Moer Sociates (1991—1992), guru menggambar SD (1987—1991), dan penulis lepas (1987—1993). Karyanya yang telah diterbitkan dalam bentuk buku, baik sebagai antologi sendiri maupun bersama, antara lain: (1) Gurit Panantang (Bengkel Muda Surabaya, 1993, pernah dibaca di DKS dan aula Deppen Blitar tahun 1993); (2) “Layang Saka Tlatah Wetan”, “Manjing Djroning Dhisket”, “Rembulane Dahpaser” “Tembang ing Sungapan”, “Pitakon” dalam Pisungsung: Antologi Guntan 6 Penyair (1995); (3) “Episode Sawise Iku” dalam Drona Gugat (Bukan Panitia Parade Seni WR Supratman, 1995); (4) Layang Saka Paran; (5) “Jagir Wonokromo Surup Surya” “Layang Saka Tlatah Sumbreng” “Pithakon ing Pethit Ombak” dalam Kabar Saka Bendulmrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, 2001); (5) “Nyuwun Praune Anakku”, “Kadurakan ing Kidul Srengenge” dalam Omonga Apa Wae: Kumpulan Puisi dan Guritan (Festival Cak Durasim, 2000); (6) “Tembang Lemah Ngare”, “Bebanteng Majapahit”, “Kadurakan ing Kidung Srengenge”, dalam Negeri Bayang-Bayang (Festival Seni Surabaya, 1996); (7) “Megatruh ing Tengah Wengi”, “Nalika Bende Tinabuh” dalam Prosesi Kolaborasi Ruwatan Balai Pemuda (Seni Multimedia Komunitas Seniman Surabaya, 1998); (8) “Mbatik”, “Kadurakan ing Kedhung Srengenge”, “Medhitasi Godhong Gedhang: Pelukis Agus Koching” dalam Gerimis Lembayung: Puisi, Essay, dan Geguritan; (9) Kitir Tengah Wengi (terbitan sendiri dan dibaca pada acara Semaan Sastra di Galeri DKS); (10) Layang Saka Tlatah Wetan: Antologi Guritan (terbitan sendiri dan dibaca pada Malam Pagelaran dan Diskusi Sastra Daerah di DKJ TIM Jakarta); (11) “Megatruh Tengah Wengi”, “Ublik ing Trotoar” “O, Jogrok”, “Bambar Bunelan” dalam Tes….: Antologi Puisi Penyair Jawa Timur (Taman Budaya Jawa Timur, 1987); (12) Liong, Tembang Prapatan (Taman Budaya Yogyakarta, 1999); (13) Wulan Sandhuwuring Geni (Yayasan Obor Jakarta, 1996); (14) Bandha Warisan, Antologi Dongeng Jawa (SSJY-LKBS, 2001), Bandha Pusaka: Antologi Crita Cekak (SSJY-LKBS, 2001), dan Ayang-Ayang Wewayangan (PPSJS, 1992). Selain itu ada tulisantulisannya yang lain, seperti (1) Menak Sopal dan Buaya Putih (berupa cerita untuk anak, PT Citra Jaya Murni, 1997), (2) Orang-orang Berpeci (berupa naskah drama untuk Bengkel Muda Surabaya tahun 1996), (3) Geger Kali Rungkut (berupa naskah wayang kentrung bersama-sama dengan Bengkel Muda Surabaya tahun 1998) dan tulisan-tulisannya yang berupa cerpen, cerita bersambung, cerita anak-anak, cerita wayang, artikel sastra tersebar di berbagai media, seperti Jaya Baya, Panjebar Semangat, Surabaya Post, Jawa Pos, Surya. Karya-karyanya sering mendapat penghargaan. Penghargaan paling bergengsi yang pernah diterima adalah dari Yayasan Rancage untuk kumpulan puisinya yang berjudul Layang Saka Paran pada tahun 2000. Puisinya yang berjudul “Guritan Pari Sawali” pernah terpilih sebagai juara I versi Kanwil Depdikbud Jawa Timur tahun 1996. Cerpen berjudul “Cak Dul lan Maimanah” adalah karya cerpennya yang memenangkan juara harapan II dari Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY) tahun 1998. Cerpennya yang berjudul “Supinah” terpilih sebagai sepuluh besar dalam lomba penulisan cerpen berbahasa Jawa Taman Budaya Yogyakarta tahun 1998 dan dimasukkan dalam antologi Liong: Tembang Prapatan (1999). “Njaga Banyune Sendang” juara I Naskah Dongeng, Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta dan Lembaga Kajian Budaya Surakarta tahun 2002. “Kudhi Bujel” juara harapan I lomba menulis cerpen Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta dan Lembaga Kajian Budaya Surakarta 2002). “Lumantar Koperasi, Ndadekake Wong Cilik Bisa Gumuyu” juara I Jurnalistik Perkope-rasian, Depkop-Deppen Jawa Timur tahun 1993. Pada tanggal 24 Juni 1999, ia diundang untuk membacakan puisinya dalam acara gelar sastra daerah oleh Dewan Kesenian Jakarta bertempat di Taman Ismail Marzuki. Tahun 2001, ia menjadi pemakalah dalam Kongres Bahasa Jawa III di Yogyakarta dan diundang pada Kongres Internasional Budaya Sunda di Bandung serta terlibat dalam penerjemahan teks klasik dan pesisiran naskah Jawa Lama, Serat Babad Madura. Widodo juga aktif di seni teater Bengkel Muda Surabaya, Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, Kelompok Seni Rupa Bermain, mengisi fragmen bahasa Jawa di TVRI, siaran pembinaan bahasa dan sastra Jawa di RRI Surabaya bersama Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, dan mengikuti pameran lukisan dan keramikIa pernah menduduki posisi sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Surabaya periode tahun 1998—2003. Di samping itu, ia berusaha memasukkan sastra Jawa dalam kentrung atau naskah drama yang dipentaskan bersama temantemannya di Bengkel Muda Surabaya. Untuk berbagai aktivitas dan perhatiannya pada sastra Jawa modern di Jawa Timur, Widodo Basuki mendapat perhatian dan apresiasi dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur berupa Penghargaan Seniman Jawa Timur pada tahun 2004.