Jaranan Jowo

Jaranan Jowo Kediri merupakan khasanah seni budaya lokal yang penuh pelajaran dan kesederhanaan, Kesenian Jaranan Jowo wujud kesenian yang ditampilkan oleh kaum sudra (petani) pada kala itu untuk bersyukur kepada Gusti Allah (Tuhan Yang Maha Esa) di dalamnya pertunjukan Jaranan Jowo didapat alur cerita “Bathari Sri dan Sedana’’ sedangkan menunggangi kuda sebagai perlambang bahwa kaum petani harus sabar dan bisa mengendalikan hawa nafsu  (Kuda sebagai lambang hewan mitologi nafsu).

Kesenian Jaranan Jowo biasanya ditampilkan pada saat panen raya padi, jagung dan palawija, serta di awal panen hingga proses penggilingan tebu (buka giling) pabrik gula. Selain itu juga digunakan untuk ritual pemenuhan nadzar/ ujar dan merti desa atau bersih desa.

Jaranan Jowo diawali dengan acara ritual kirim do’a kepada leluhur dalam hal ini merupakan kita menghormati dan berterimakasih atas peninggalan dari leluhur yang berupa ilmu dan harta benda, serta berterimakasih kepada Gusti Allah ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan diakhiri dengan makan bersama.

Adegan awal adalah Tayuhan / Tayuman dalam adegan ini penari dengan  mengenakan kostum sederhana dan menaiki kuda kepang mengelilingi beberapa peralatan yang disakralkan dan sesaji serta Bopo yang duduk di tengah seraya berdo’a untuk keselamatan dan kesuksesan pertunjukan.

Adegan kedua adalah pola tari berjajar mengisahkan para petani yang berjajar menanam dan menggarap lahan yang teratur, berlanjut dengan adegan berhadapan dan saling beradu kekuatan, di adegan ini menunjukkan betapa usaha yang keras akan membuahkan hasil yang maksimal yang mana juga di lambangkan perjuangan Bhatari Sri Sedana dalam mempertahankan benih untuk di tanam dan menghasilkan bahan pangan.

Adegan ketiga adalah adegan Sadranan Naga Basuki yang mana dilambangkan sebagai mitologi pelindung, penjaga kesuburan dan kecukupan air, dalam adegan ini di akhiri dengan kesurupan yang mana sebagai sarana jembatan untuk berkomunikasi dengan leluhur. Dalam adegan ini pula seringkali para penonton yang percaya akan kehadiran leluhur biasanya juga meminta petunjuk atas kegundahan, biasanya pemain caplokan  ( Naga ) kerasukan leluhur atau Danhyang, pemain inilah yang menjadi sarana komunikasi leluhur.

Adegan keempat yaitu adegan rampokan celeng srenggi yang diwujudkan munculnya penari dengan membawa gambar atau wayang berwujud celeng atau babi hutan yang dipercaya sebagai hama atau hewan pengganggu tanaman petani yang mana akan diserang oleh para petani yang diperankan oleh pasukan berkuda dan tetek melek yang di perankan dengan sosok laki – laki dan perempuan sebagai perwujudan Bhatari Sri dan Sedana. Setelah adegan keempat ini, maka diadakan selamatan sebagai puncak pertunjukan sebagai ucapan syukur kepada Gusti Allah  ( Tuhan Yang Maha Esa ) atas hasil panen yang berlimpah.        

Peralatan yang digunakan dalam pertunjukan Jaranan Jowo    :

  1. Barong Caplokan  ( Naga )
  2. Tetek Melek ( Bhatari Sri dan Sedana ) 
  3. Kuda Lumping
  4. Celengan ( Kala Srenggi ) 
  5. Pecut                                                                            

Peralatan Gamelan                                                                                                                     

– 2 Kendang  ( Sabet dan Bem )

– 1 Bonang Laras 1 slendro

– 1 Kempul Laras 1 Slendro

– Selompret laras Pelog Barang

– 3 Angklung Bambu Laras 1,3, dan 5 Pelog

Sesaji Jaranan Jowo

Sesaji Dalam :

  • 1 ingkung
  • 1 Sego golong
  • 1 Takir Kulupan
  • 1 Takir Srundeng
  • 1 Takir Sayur padamara
  • 1 Butir Telur
  • 1 Takir Cok Bakal
  • 1 Gelas Kopi
  • 1 Gelas air Putih
  • 1 Bungkus kembang telon
  • 1 Lampu Ublik / damar Kambang
  • 1 Sundukan atau sate Jerohan Ayam
  •  1 Sego brok / nasi putih yang di letakan di Loyang
  • 1 Bungkus Kinangan

Sesaji Luar :

  • 1 Takir Cok Bakal
  • 1 Bungkus Kinangan
  • 1 Tumpeng lengkap
  • 5 Bungkus Jajan pasar
  • 5 Piring jenang sengkolo
  • 1 Bungkus karak
  • 1 Panggang Ingkung
  • 5 Bungkus kembang telon
  • 1 Takir Kemenyan
  • 1 Botol badek ketan hitam dan putih
  • 1 Wadah rujak legi
  • 1 bungkus kembang kenanga
  • 1 Biji Kelapa
  • 1 Biji segogolong
  • 1 Takir jenang katul
  •  2 Sisir pisang raja
  • 1 Ekor Ayam Ulung ulung
  • 1 Sundukan atau sate jerohan ayam
  • 1 tikar andong
  •  1 gula jawa setangkep
  • 1 biji ketela
  • 5 Botol minyak wangi
  • 1 Kaca
  • 1 Kendi Berisi air
  • 1 Rokok Klobot

Catatan Khusus

  • Ukuran tinggi kepang 90 Cm di hitung dari mulut sampai kepala
  • Ukuran Panjang kepang 1,25 m
  • Warna kepang hitam berambut ijuk
  • Tetek melek berupa topeng Wanita dan laki-laki
  • Barong Cepaplok warna merah, kelambu kain goni, dan bertali
  • Ikat kepala warna coklat
  • Celana yang digunakan penari kuda lumping warna hitam berseleret merah
  • Jarik bermotif sido mukti, sidoluhur berdasar warna putih
  • Jarik untuk Barong Cepaplok bermotif parang
  • Pakaian untuk Bopo warna hitam, celana hitam, berikat kepala hitam. 

Sumber: https://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/home/explore/cultural/30023 

Bookmark the permalink.

Comments are closed.