Setiap daerah memiliki keunikan dan keragaman budaya yang membentuk identitasnya sendiri. Salah satu daerah yang memiliki keragaman budaya dan tradisi adalah Banyuwangi, kota yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Di antara keindahan alamnya yang menakjubkan, Banyuwangi juga dikenal sebagai tempat yang kaya akan kepercayaan dan praktik-praktik mistis. Salah satu aspek yang menonjol dari budaya Banyuwangi adalah kepercayaan masyarakat Osing terhadap kekuatan gaib, supernatural, dan magis.
Kehadiran budaya santet dan sihir di kalangan masyarakat Using sudah bukan lagi hal yang menghebohkan, tetapi lebih merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Mantra-mantra yang dipercayai memiliki kekuatan gaib masih digunakan dan diperdagangkan dalam konteks kehidupan sosial masyarakat Banyuwangi. Masyarakat Using, dengan khususnya, sering dipandang sebagai kelompok yang banyak mengandalkan hal-hal mistis dalam kehidupan mereka.
Sumber gambar: Kanal Youtube Sanggar Seni Lang Lang Buana (https://www.youtube.com/watch?v=Mm86yQ4QSFo)
Meskipun mayoritas masyarakat Banyuwangi memeluk agama Islam, kepercayaan akan hal-hal mistis masih tetap kuat. Bahkan, sebagian besar dari mereka yang mempercayai praktik-praktik ini adalah masyarakat Using. Mereka memandang santet dan sihir sebagai alat untuk melindungi diri dan mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan mereka.
Namun demikian, tidak semua masyarakat Banyuwangi mempercayai hal-hal mistis ini. Ada juga yang menganggapnya sebagai tradisi dan kesenian yang harus dijaga. Masyarakat Banyuwangi, dengan beragam keyakinan dan pandangan tetap bekerja keras untuk menyikapi dan menghadapi kekuatan-kekuatan yang ada di sekitar mereka.
Salah satu contoh yang menonjol dari kepercayaan mistis di Banyuwangi adalah praktik mantra sabuk mangir. Mantra Sabuk Mangir ini diyakini memiliki kekuatan magis yang dihubungkan dengan desa Mangir di Rogojampi. Mantra tersebut dipercayai bahwa Sabuk Mangir digunakan oleh orang Mangir untuk melawan musuh-musuhnya, baik melawan secara fisik maupun non-fisik. Namun, terdapat pula sisi gelap dari praktik Sabuk Mangir ini yaitu ketika seseorang terkena mantra Sabuk Mangir akan berubah menjadi gila dan hanya dapat disembuhkan dengan kematian orang yang memberikan mantra tersebut.
Dalam kesimpulannya, keberadaan praktik-praktik mistis di Banyuwangi menggambarkan kompleksitas budaya dan kepercayaan yang terus bertahan di tengah arus modernisasi. Meskipun dihadapkan dengan perubahan zaman, masyarakat Banyuwangi tetap teguh dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka, termasuk kepercayaan dan praktik-praktik mistis yang telah mengakar dalam kehidupan mereka.***
Sumber: Dhani, Dayu Rahma, Vindy Berlian Awanada., & Santi Novitasari. (2019). “Resepsi Ikatan Keluarga Banyuwangi terhadap Mantra Sabuk Mangir”. Satwika, Jurnal Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 3(2).
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC/article/view/10243.