Kearifan Lokal dan Tradisi Lisan Jumat Legi di Desa Kemlagi

Di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, masih lestari tradisi Malam Jumat Legi yang sarat makna spiritual dan kearifan lokal. Tradisi ini diwarnai dengan berbagai amalan ibadah yang dipadukan dengan nilai-nilai Islam Nahdlatul Ulama (NU), mencerminkan akulturasi budaya dan agama yang unik.

Bagi masyarakat Kemlagi, Jumat Legi dianggap sebagai waktu istimewa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Di malam ini, mereka melakukan berbagai ritual dan amalan ibadah dengan harapan mendapatkan berkah, menolak bala, dan mencapai hajat yang diinginkan. Tradisi ini diwarnai dengan perpaduan tradisi Jawa dan Islam NU, menghasilkan ritual yang khas dan sarat makna.

Sumber gambar: Kanal Youtube Senandika (https://www.youtube.com/watch?v=qBv4DdoPlxQ

Sejarah dan Makna Tradisi Malam Jumat Legi

Akar tradisi Malam Jumat Legi di Kemlagi dapat ditelusuri hingga masa Kerajaan Majapahit. Pengaruh Hindu masih terasa dalam tradisi ini, seperti ritual Wasilah (mengirim doa kepada leluhur) dan Kenduri Sajen Sandingan (memberikan sajian makanan kepada arwah leluhur di perempatan jalan).

Namun, seiring masuknya Islam, tradisi ini mengalami transformasi. Para ulama NU mengadopsi tradisi lama dan memadukannya dengan nilai-nilai Islam. Wasilah diubah menjadi doa kepada para ulama dan leluhur yang telah meninggal, dan Kenduri Sajen Sandingan diubah menjadi sedekah kepada fakir miskin. Pembacaan mantra diganti dengan tausiyah dan pengajian.

Perpaduan Tradisi dan Islam Nahdlatul Ulama di Kemlagi

Tradisi Malam Jumat Legi di Kemlagi menjadi contoh akulturasi budaya dan agama yang harmonis. Tradisi Jawa yang sarat kearifan lokal dipadukan dengan nilai-nilai Islam NU, menghasilkan ritual yang bermakna dan sesuai dengan syariat Islam. Perpaduan ini terlihat jelas dalam beberapa ritual utama, yaitu:

  1. Wasilah: Doa dipanjatkan kepada para ulama dan leluhur yang telah meninggal, bukan lagi kepada arwah leluhur secara langsung.
  2. Kenduri Sajen Sandingan: Makanan yang disajikan dibagikan kepada fakir miskin dan warga yang hadir, bukan lagi sebagai sesaji untuk arwah leluhur.
  3. Pembacaan Mantra: Diganti dengan tausiyah dan pengajian yang berisi nilai-nilai Islam dan ajaran moral.

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Jumat legi di antaranya ada ketaqwaan kepada Tuhan; memanjatkan doa kepada leluhur; kebersamaan dan solidaritas; serta pelestarian budaya.

Sumber: Shofiyuddin & Martinus Legowo. (2016). “Fenomenologi Ritual Malam Jumat Legi Warga Nahdlatul Ulama Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto”. Paradigma, 4(3), 1—11. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/16904

Gambar: Kanal Youtube Senandika (https://www.youtube.com/watch?v=qBv4DdoPlxQ)

Bookmark the permalink.

Comments are closed.