Indonesia berdiri megah di atas keragaman suku, budaya, bahasa, dan adat istiadat yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menggambarkan bahwa keragaman adalah identitas bangsa yang tak ternilai harganya. Keragaman itu tumbuh subur dalam berbagai lini kehidupan, bagai bunga yang bermekaran menghiasi rindangnya pepohonan. Berbagai tradisi, norma, nilai, dan bahasa yang diwariskan secara turun-temurun menjadi bukti bahwa keragaman adalah nafas kehidupan masyarakat Indonesia. Bahasa misalnya, merupakan sarana untuk menyatukan pemahaman masyarakat Indonesia yang memiliki beraneka ragam bahasa. Berdasarkan hasil pemetaan bahasa yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2019, terdapat 718 bahasa yang dituturkan di hampir 2.560 daerah pengamatan di seluruh Indonesia. Keragaman bahasa ini bagaikan kaca yang memantulkan binar tak ternilai yang harus tetap dijaga kelestariannya. Sebab bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana pelestarian kearifan lokal sebagai sumber kekayaan budaya bangsa.
Semakin bias batas antarnegara di era globalisasi ini seringkali menghadapkan keberagaman bahasa dengan tantangan yang tiada henti. Oleh karena itu, bahasa sebagai pondasi identitas juga berperan sebagai sarana pelestarian budaya bangsa yang harus memainkan perannya secara optimal. Tak hanya berfungsi sebagai pelestari budaya, tetapi juga sebagai perantara yang menghubungkan Indonesia dengan panggung dunia. Hal tersebut tak boleh hanya dipandang sebagai tantangan yang menyulitkan, tetapi harus dimaknai sebagai kesempatan yang tak boleh dilewatkan. International Decade of Indigenous Languages (IDIL) merupakan wadah yang diinisiasi oleh Unesco untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap pelestarian, revitalisasi, dan promosi bahasa lokal. Melalui IDIL kita mendapat kesempatan untuk terhubung dengan panggung global melalui keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Kesempatan yang diprakarsai oleh UNESCO sejak tahun 2022 ini, dapat mengoptimalkan fungsi bahasa dalam membuanakan kearifan lokal di era yang serba modern. Dengan pendokumentasian bahasa daerah dan penyusunan literatur berbahasa daerah dalam semangat yang digelorakan oleh IDIL ini, tantangan yang dihadapi bahasa daerah sebab mulai terlupakan di tengah perkembangan zaman, dapat diatasi.
Selain bahasa daerah, bahasa Indonesia sebagai katalisator keberagaman bahasa juga memiliki kedudukan esensial untuk menghubungkan kearifan lokal menuju panggung dunia. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia adalah lambang persatuan yang tak tergantikan. Bahasa Indonesia bagai benang merah yang mengikat setiap butir keragaman yang tersebar di penjuru nusantara. Fungsinya sebagai lingua franca, menjadikan bahasa Indonesia sebagai intrumen interaksi antarmasyarakat yang beragam dan sarana untuk menciptakan harmoni dalam kebhinnekaan. Sebagai bahasa resmi negara yang ditetapkan melalui Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, bahasa Indonesia memiliki akar yang kuat pada bahasa-bahasa daerah yang begitu kaya. Kosakata dari bahasa Jawa, Madura, Sunda, Minangkabau, dan bahasa daerah lain mengalir deras dalam tubuh Bahasa Indonesia, menjadikannya cerminan keanekaragaman linguistik dalam negeri. Hal ini berarti bahwa ketika kita mengusung bahasa Indonesia ke panggung global, kemewahan bahasa daerah yang berperan sebagai pondasi juga akan terangkat. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa diplomasi bahasa bukan hanya upaya untuk mempromosikan bahasa Indonesia, tetapi juga sebuah perayaan atas tersohornya kekayaan budaya daerah di kancah dunia.
Hal ini selaras dengan salah satu dari tiga program prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yaitu internasionalisasi bahasa Indonesia. Contoh konkritnya melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Melalui program ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berupaya membangun sebuah jalan bagi bahasa Indonesia menuju hati penutur asing agar tertarik untuk memelajarinya. Dalam upayanya menjadikan bahasa Indonesia sebagai gerbang bagi dunia untuk menyelami kekayaan Indonesia yang tak terhingga, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berusaha untuk menjadikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai riasan yang mempercantik diplomasi bahasa. BIPA tak hanya mengajak pemelajarnya untuk memelajari tata bahasa dan kosakata, tapi juga membawa pemelajarnya menyelam hingga ke lapisan terdalam budaya dan kearifan lokal yang terkandung dalam setiap kata. Setelah mengikuti program ini, pemelajar BIPA akan membawa serta sepotong kecil Indonesia dalam diri mereka, pemahaman dan apresiasi mereka terhadap bahasa Indonesia ke negara asalnya sehingga menciptakan sebuah koneksi global yang begitu sempurna.
Koneksi global yang erat tersebut menambah harum citra Indonesia di mata dunia. Sebab ketika lebih banyak masyarakat dunia mengenal dan memelajari bahasa Indonesia, maka makin banyak pula orang yang akan menghargai kekayaan budaya dan kearifan lokal di dalamnya. Dengan demikian, Indonesia dapat menempati posisi penyebar sekaligus penjaga budaya yang kaya di kancah internasional. Berbagai upaya persuasif kepada penutur asing agar terus memelajari bahasa Indonesia harus senantiasa digencarkan. Salah satu caranya yakni melalui penguatan peran Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan. Peran mereka dalam menghubungkan kearifan lokal dengan dunia internasional melalui seni menyampaikan pesan dalam nuansa keindahahan budaya, menjadi ujung tombak diplomasi bahasa. Sebagai contoh, dalam penyusunan buku-buku berkualitas dengan tema kearifan lokal Indonesia sebagai rujukan pembelajaran BIPA. KKLP Penerjemahan memegang peran penting untuk menciptakan sudut pandang unik terhadap unsur-unsur sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika dalam kearifan lokal yang ditulis dalam bentuk cerita anak dwibahasa sehingga lebih mudah diterima oleh pembaca internasional. Dengan demikian, sumber bacaan yang dihasilkan bukan hanya sekadar wacana hampa, melainkan menjadi sarana menyampaikan esensi kearifan lokal untuk menyentuh hati setiap pembaca di seluruh belahan dunia.
Guna menyebarluaskan produk penerjemahan yang berupa bacaan berkualitas, kolaborasi dengan berbagai platform digital bertaraf internasional dan menciptakan platform penyebarluasan bacaan berkualitas merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjalin kolaborasi dengan Global Digital Library (GDL), Let’s Read Asia, dan Storyweaver serta menciptakan sebuah platform bernama Penjaring (Penerjemahan Daring) untuk meningkatkan aksesibilitas bacaan berkualitas bagi pembaca internasional. Kolaborasi ini menciptakan sebuah wadah untuk menyalurkan kekayaan literatur dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia pada taraf internasional. Melalui inisiatif ini, karya-karya yang mengandung kearifan lokal dapat didokumentasikan dengan cermat sehingga menjadikan literatur Indonesia tidak lagi terkekang batas geografis. Platform-platform ini membuka peluang bagi karya sastra, cerita rakyat, dan pengetahuan tradisional Indonesia untuk terekam sebagai jejak Indonesia di lanskap literatur dunia. Pada Desember 2023, sebuah tonggak bersejarah terjadi ketika literatur yang memuat dua bahasa dari Jawa Timur yaitu bahasa Madura dan Jawa dialek Suroboyoan berhasil didokumentasikan di Global Digital Library (GDL). Pencapaian ini bukan hanya merupakan kemajuan dalam upaya melestarikan bahasa daerah, tetapi juga menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan linguistiknya kepada dunia.
Kolaborasi antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dengan berbagai platform digital bertaraf internasional tersebut telah menghasilkan dampak yang signifikan dalam mendokumentasikan dan mempromosikan bahasa Indonesia serta bahasa daerah. Namun, untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang dari upaya ini, masih banyak langkah yang perlu dilakukan. Dalam rangka mendukung upaya tersebut, kami Duta Bahasa Jawa Timur mempersembahkan peran serta kami untuk menghadirkan sumber bacaan berkualitas yang memuat nilai-nilai kearifan lokal dari Provinsi Jawa Timur. Dalam inisiatif ini, kami telah menyusun sebuah antologi berjudul “Petualangan Dolemi & Citra” yang kaya akan kumpulan dongeng, legenda, mitos, dan cerita rakyat dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Selain dalam bentuk cetak, antologi ini juga kami adaptasi menjadi bentuk audio visual yang telah kami sebarluaskan melalui platform media sosial Instagram @dolemi.citra dengan tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bacaan bagi setiap pembaca di seluruh dunia. Melalui “Petualangan Dolemi dan Citra”, kami ingin menunjukkan bahwa belajar bahasa Indonesia bukan hanya tentang menguasai kata-kata, tetapi juga tentang memahami dan menghargai budaya yang menyertainya. Kami juga berharap Petualangan Dolemi dan Citra dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa sehingga dapat mudah diterima oleh pembaca di seluruh penjuru dunia.
Dengan terus menciptakan bacaan berkualitas dan memperkuat upaya internasionalisasi bahasa, Indonesia dapat memastikan bahwa kearifan lokal tidak hanya sekadar hidup, tetapi juga dikenal dan dihargai oleh masyarakat global. Bacaan berkualitas sebagai jembatan kata, akan terus menghubungkan kita dengan dunia yang lebih luas, menyebarkan pesan-pesan kearifan lokal ke pentas global, dan membangun jembatan antara tradisi dan inovasi. Dengan demikian, Indonesia akan mampu memperkuat posisi bahasa dan budaya lokal di tataran global.