Mahasiswa UNJ Kuliah Lapangan dan Gelar Wicara di Balai Bahasa

Surabaya – Sebanyak 93 mahasiswa dan lima dosen Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (FBS UNJ) melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) semester genap Tahun Akademik 2024/2025, dengan kunjungan lapangan ke Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jatim), Rabu (16/4).

Dosen Prodi Sastra Indonesia FBS UNJ Sigit Pramono selaku ketua rombongan menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan hangat pimpinan dan pegawai BBP Jatim dalam kunjungan tersebut. Ia menjelaskan, kunjungan ini bertujuan untuk saling mendukung dan memperkuat kerja sama dalam pengembangan bidang bahasa, sastra, serta budaya, Dia juga berharap agar para mahasiswa memanfaatkan kunjungan ini untuk menggali ilmu dari para pemateri BBP Jatim.

Dalam sambutannya, Kasubbag Umum BBP Jatim Ary Setyorini menyambut baik kunjungan dari civitas academica UNJ tersebut. Dia berharap, kunjungan ini dapat menambah wawasan dan ilmu di bidang kebahasaan dan kesastraan. Lebih lanjut, Ary menjelaskan profil BBPJT serta keberadaan tujuh Kelompok Kepakaran dan Layanan Professional (KKLP). Disampaikan pula layanan BBPJT seperti narasumber, penerjemahan dan magang serta produk-produk bahasa dan sastra BBPJT.

Seusai sesi bertukar cendera mata dan foto bersama, kegiatan dilanjutkan dengan sesi gelar wicara bertema “Reaktualisasi Bahasa dan Sastra di Era Society 5.0: Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Pelestarian dan Pengembangan Bahasa serta Sastra Indonesia”. Gelar wicara dipandu moderator Iqo Fathihatur, mahasiswa UNJ dengan narasumber Widyabasa Ahli Madya Yani Paryono dan Penerjemah Ahli Madya Awaludin Rusiandi. Dalam sesi ini, moderator menyampaikan sejumlah pertanyaan sesuai tema gelar wicara untuk dijawab kedua narasumber BBPJT. Utamanya tentang peluang dan ancaman teknologi kecerdasan buatan terhadap pelindungan dan pelestarian bahasa dan sastra.

Awaludin menjawab hal tersebut dengan meminta para mahasiswa menjadikan perkembangan teknologi saat ini sebagai peluang untuk melakukan pengembangan dan pelindungan bahasa.

“Justru ini peluang kalian untuk memanfaatkan. Jangan khawatir manusia digantikan mesin. Mesin masih butuh manusia sebagai operator, pengisi program dan lainnya,” tegas Sandi, panggilan Awaludin Rusiandi.

Ia mencontohkan penggunaan kecerdasan buatan oleh seorang profesor di India untuk menghidupkan kembali bahasa lokal yang punah. Selain itu, diungkapkan juga pemakaian kecerdasan buatan di Australia dan Selandia Baru untuk pelindungan dan pelestarian bahasa daerah setempat.

“Kalian lahir di era digital, sangat dimudahkan teknologi. Manfaatkan peluang ini,” tandasnya.

Senada dengan Sandi, Yani memaparkan bahwa pengembangan dan pelestarian bahasa berpotensi makin meningkat seiring perkembangan teknologi mutakhir. Dia mencontohkan jumlah penutur bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang terus meningkat di dunia.

“Tidak menutup kemungkinan bahasa Jawa mendunia seperti bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sebagai bahasa resmi UNESCO,” ujar Yani.

Di akhir sesi, kedua narasumber memotivasi para mahasiswa untuk memaksimalkan potensi masing-masing agar mampu menggunakan teknologi mutakhir dalam upaya pelindungan dan pelestarian bahasa dan sastra. (han)

Bookmark the permalink.

Comments are closed.