Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, tersebar di seluruh wilayahnya. Salah satu aspek penting dari kekayaan budaya ini adalah keanekaragaman corak adat dan ritual yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Ritual adalah manifestasi dari buah pikiran, kepercayaan, adat istiadat, dan pandangan hidup yang diwariskan secara lisan. Keberadaan ritual-ritual ini dipercaya dan dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Menariknya, meskipun zaman terus berkembang, berbagai macam bentuk ritual tetap hidup dan dijalani oleh masyarakat hingga saat ini.
Salah satu ritual yang menarik perhatian adalah Ritual Keduk Beji yang dilaksanakan di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ritual ini tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya tetapi juga menjadi sarana penting untuk interaksi sosial antar warga desa.
Gambar: Ritual Keduk Beji di Ngawi (https://www.youtube.com/watch?v=-2X1pqiDXFA)
Sejarah dan Makna Ritual Keduk Beji
Ritual Keduk Beji adalah sebuah acara pembersihan Sendang Beji, sebuah mata air yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Kata “Keduk” berarti membersihkan, sementara “Beji” adalah nama sendang yang dibersihkan. Ritual ini dimulai dengan serangkaian prosesi adat Jawa sebelum pembersihan sendang dimulai. Prosesi ini diyakini dapat mengusir roh-roh jahat dan memohon berkah dari para leluhur yang dimakamkan di dekat sendang.
Masyarakat Desa Tawun, Ngawi percaya bahwa sendang Beji adalah tempat sakral yang harus dihormati. Di sebelah Sendang Beji terdapat makam leluhur desa, yang menambah kekhususan dan kekramatan tempat ini. Terdapat pula mitos-mitos yang berkembang mengenai kekuatan sakral dari sendang ini, yang masih diyakini hingga sekarang.
Mitos Kepercayaan dan Praktik Keagamaan
Penduduk Desa Tawun, Ngawi umumnya menganut kepercayaan monoteisme teoretis. Mereka percaya bahwa Tuhan itu Esa, namun dalam praktiknya mereka mengakui keberadaan banyak roh. Mereka meyakini bahwa dunia ini dihuni bersama oleh banyak roh dan bahwa ada hubungan antara gerakan alam dengan gerakan roh-roh tersebut. Kepercayaan ini juga mencakup animisme dan dinamisme. Animisme adalah pemikiran bahwa setiap benda atau makhluk memiliki jiwa, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa benda atau materi memiliki sifat-sifat yang mirip dengan manusia.
Sebagai contoh, api dipercaya memiliki roh karena kemampuannya untuk membunuh atau melenyapkan sesuatu dengan panasnya, mirip dengan manusia yang mampu membunuh dengan kekuatan tangannya. Kepercayaan serupa juga berlaku pada air di dalam sendang. Oleh karena itu, masyarakat merasa perlu untuk menghormati sendang melalui ritual Keduk Beji untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain sebagai upaya melestarikan adat istiadat, Ritual Keduk Beji juga berfungsi sebagai media interaksi sosial antar masyarakat Desa Tawun. Saat prosesi selamatan berlangsung, seluruh warga desa berkumpul menjadi satu. Mereka berkomunikasi dan berbicara satu sama lain tanpa membedakan status sosial. Interaksi ini menciptakan hubungan sosial yang dinamis, menghubungkan individu dengan kelompok, serta mempererat ikatan sosial di antara mereka.
Dalam prosesi Keduk Beji, seluruh anggota masyarakat turut serta dalam makan bersama setelah selamatan. Hal ini menekankan pentingnya kebersamaan dan solidaritas di antara warga desa. Makan bersama ini tidak hanya menguatkan hubungan sosial tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kesatuan di antara mereka.
Ritual Keduk Beji di Desa Tawun adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan adat istiadat tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat modern. Melalui ritual ini, nilai-nilai budaya dan kepercayaan leluhur terus dilestarikan, sementara interaksi sosial antar warga diperkuat. Ritual ini bukan hanya tentang pembersihan fisik sendang, tetapi juga tentang membersihkan hati dan pikiran, mempererat ikatan sosial, serta menghormati dan memohon berkah dari leluhur. (MNK)
Sumber: Habsari, Novi Triana. (2018). “Monoteisme Teoritis dalam Ritual Keduk Beji
di Kabupaten Ngawi (Kajian Sosio-Religi)”. Historia, 6(1). 89—102.
https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1033.
Gambar: Kanal Youtube CangakanTV (https://www.youtube.com/watch?v=-2X1pqiDXFA)