AKHMAD TAUFIQ

Sastrawan dan akademikus kelahiran Lamongan, 19 April 1974 ini dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi, cerita pendek, dan esei/kritik sastra. Karya-karyanya tersebut tidak hanya dimuat di sejumlah surat kabar, namun juga terangkum dalam berbagai antologi puisi dan cerpen, serta jurnal ilmiah sastra, baik secara nasional maupun internasional di tingkat Asia Tenggara. Taufiq mengawali debutnya dalam dunia sastra dan budaya sejak 1994, ketika kuliah Sastra Indonesia di Fakultas Sastra Universitas Jember. Dia aktif di Persatuan Penyair Nusantara Melayu Raya (Numera) Malaysia dan diberbagai forum sastra, baik yang terkait dengan proses kreatif maupun forum ilmiah sastra. Menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Negeri Surabaya, beberapa karya esei/kritik sastranya pernah dimuat pada Jurnal Lingua Franca, Jurnal Humaniora, Jurnal Karsa, Jurnal Litera, Jurnal Atavisme, The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, dan International Journal of Advanced Research

Forum sastra yang pernah diikuti, antara lain: Temu Penyair Lintas Daerah Indonesia di Pekalongan, Jawa Tengah, Maret 2013; Baca Puisi Dunia NUMERA di Kuala Lumpur Malaysia pada 21-25 Maret 2014, yang dihadiri beberapa Negara Asia Tenggara, Belgia, dan Rusia; Temu Penyair Lesbumi NU Jawa Timur pada 23 Desember 2014 di Surabaya; Temu Sastra Indonesia-Malaysia (TSIM) di Bandung pada September 2015; penyelenggara Temu Penyair tujuh kota wilayah timur Jawa di Jember pada 2015; mengikuti Ekspresi Puisi Dunia Numera (EPDN) di Kuala Lumpur Malaysia pada 18-21 Maret 2016; Temu Sastra Antarbangsa Indonesia-Malaysia pada 14-18 September 2016 di Yogyakarta; Puisi Dunia Numera 2017 di Kuala Lumpur; menghadiri peringatan Hari Puisi Dunia di Brunei Darussalam, Maret 2018; Pertemuan Penyair dan Baca Puisi Dunia Numera 2018, di Johor Malaysia, Muktamar Sastra 2018, di Situbondo Jawa Timur, Indonesia, berpartisipasi melalui media virtual dalam “Poetry Reading Session by World Festival of Poetry titled HOLDING THE TRIUMPH OF HUMANKIND from 9 to 12 April 2020”, Bangladesh, dan berpartisipasi dalam Pembacaan Puisi Dunia Menyambut Ramadan 1441 H “Ramadan World Poetry Reading” oleh Pemuisi Nasional Malaysia, 30 April 2020.

Selain menulis puisi, cerpen, dan esei/kritik sastra, Taufiq bersama penyair yang lain mendirikan Forum Sastra Timur Jawa pada 2015, suatu forum sastra yang mencakup tujuh wilayah kabupaten/kota di bagian timur Jawa, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember, dan Banyuwangi. Namanya tercatat dalam buku Ensiklopedi Penulis Indonesia, yang diterbitkan FAM Indonesia jilid 3 (2015) dan Apa & Siapa Penyair Indonesia, yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi (2017).

Sebagai bagian dari masyarakat puisi Indonesia, Taufiq bersama Forum Sastra Timur Jawa dan Pusat Literasi LP3M Universitas Jember pada 12 Desember 2018 menyelenggarakan Peringatan Hari Puisi Indonesia, dengan mengangkat tema utama “Suara Sastra Timur Jawa” dan pada 4 September 2021 atas inisiasi Masyarakat Literasi Jember, memberikan dukungan sepenuhnya atas terselenggaranya Peringatan Hari Puisi Indonesia di Jember, yang dihadiri secara daring oleh penyair dari berbagai daerah di Nusantara. Ia menjadi narasumber pada agenda Hari Puisi tersebut, sekaligus menandai peluncuran antologi puisi “Seribu Tahun Lagi”, yang diterbitkan oleh Masyarakat Literasi Jember.

Tak kalah penting yang patut dicatat, pada 20 April 2022 ia menjadi narasumber pada Webinar Sastra Antarbangsa Indonesia-Malaysia, yang mengangkat tema “Nilai-nilai Religiusitas dalam Sastra: Perbandingan Puisi Indonesia-Malaysia Kontemporer”. Agenda tersebut diselenggarakan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung kerjasama dengan UPM. Pada 2022 ini pula, tepatnya pada 12-13 Oktober ia hadir dan menjadi pemakalah pada agenda Konferensi Internasional Kesusastraan yang diselenggarakan HISKI di Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT. Pada 16-17 November 2022 hadir sebagai narasumber pada Seminar Nasional Pendidikan dan Pengajaran Sastra (SENANDIKA) di Palangkaraya yang diselenggarakan oleh HISKI EKAKAPAKAT dan Balai Bahasa Kalimantan Tengah. Pada 17 Oktober 2022 menjadi narasumber pada agenda Seminar Sastra Pesantren di PWNU Jawa Timur, yang dilanjut pada 2-4 Desember 2022 pada agenda Simposium Sastra Pesantren di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang diselenggarakan oleh PW Lesbumi NU Jawa Timur.

Puisi karya Akhmad Taufiq banyak diterbitkan dalam bentuk antologi, baik antologi puisi tunggal maupun antologi puisi bersama. Antologi puisi tunggal karya Taufiq , di antaranya adalah Kupeluk Kau Di Ujung Ufuk, diterbitkan oleh Gress Publishing Yogyakarta (2010), Mengulum Kisah dalam Tubuh yang Terjarah, diterbitkan Interlude Yogyakarta (2016), dan Pandemi Puisi, diterbitkan oleh Yayasan Dapur Sastra Jakarta (2020). Selain antologi puisi tunggal, Taufiq juga aktif menulis puisi dalam antologi puisi bersama, antara lain Indonesia dalam Titik 13, diterbitkan oleh Aswaja (2013), Risalah Melayu Nun Serumpun, diterbitkan oleh NUMERA Malaysia (2014), Tasbih Hijau Bumi, diterbitkan oleh Lesbumi NU Jawa Timur (2014), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan Ombak (2015), Syair Persahabatan Dua Negara, diterbitkan oleh Pustaka Senja (2015), Merentasi Ribuan Tahun Puisi, diterbitkan oleh NUMERA Malaysia (2016), Yogya dalam Nafasku, diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta (2016), Nyanyian Gerimis, , diterbitkan oleh Hiski Komisariat Aceh dan Bandar Publishing (2017), Balada Tanah Takat, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan Balai Bahasa Jawa Timur (2017), Numera Bersayap, diterbitkan oleh, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2018), Risalah di Ladang Kemarau, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan LP3M Universitas Jember (2019), Antologi Puisi Setelah Sapardi Pergi: Sehimpun Puisi Tribute to Sapardi Djoko Damono, diterbitkan oleh Penerbit Diomedia (2020), Puisi-Puisi Merdeka: Dandani Luka-luka Tanah Air, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2020), ntologi Puisi Seribu Tahun Lagi: Epilog, diterbitkan oleh Masyarakat Literasi Jember dan Catur Media Gemilang (2021), Antologi Puisi Persatuan Penyair Nusantara (PPN) XII: “Luka, Cinta, Damai”, diterbitkan Gapena dan Pena Malaysia (2023), Antologi Puisi Menolak Korupsi ke-9 (PMK #9) dengan judul “Mencari Presiden Antikorupsi”, diterbitkan oleh PMK (2023), dan Antologi Puisi Tanah Tenggara, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa kerjasama dengan penerbit Buku Inti (2023). Karya Taufiq dalam bentuk cerpen salah satunya termuat dalam Antologi cerpen Numera Bersayap, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2018).

Selain puisi dan cerpen, Taufik juga banyak menulis karya ilmiah sastra, antara lain Sastra Poskolonial: Teori, Analisis Teks, dan Pembelajaran, diterbitkan oleh Jember University Press(2010), Apresiasi Drama: Refleksi Kekuasaan dalam Teks Sastra Drama Tradisional Ludruk, diterbitkan oleh Gress Publishing (2011), Kontributor buku dalam Kongres Internasional Folklor Asia yang berjudul Folklore dan Folklife dalam Kehidupan Modern: Kesatuan dan Keberagaman, diterbitkan oleh Ombak, 2013),Kontributor buku Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya: Membangun Karakter dan Budaya Bangsa melalui Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, diterbitkan oleh Gress Publishing (2013), Kontributor buku Bahasa dan Sastra untuk Peradaban Indonesia yang Unggul, diterbitkan oleh Gress Publishing (2014), Kontributor dalam buku Keunggulan Budaya dan Industri Kreatif, diterbitkan oleh Ombak (2014), Sastra Multikultural: Konstruksi Identitas dan Praktik Diskursus Negara dalam Perkembangan Sastra Indonesia, diterbitkan oleh Intrans Publishing (2017), Drama Tradisional Ludruk: Refleksi Kekuasaan, Karakteristik Pertunjukan, dan Strategi Pengembangan, diterbitkan oleh PBSI Press (2022), Kontributor dalam Kumpulan Esai Qasyaf 80: Kemala yang Kami Kenali, diterbitkan oleh Nuha Creative Resources, Selangor Malaysia (2022), dan Sastra Pesantren dan Ruang Strategis Politik Kebudayaan, diterbitkan oleh Majalah Kidung Dewan Kesenian Jawa Timur (2023).

Kerja keras Akhmad Taufik nyatanya tidak sia-sia. Beberapa penghargaan diperolehnya untuk buah karyanya selama ini. Penghargaan tersebut diantaranya adalah Anugerah Penghargaan Puisi Dunia Numera Malaysia (2014), Anugerah puisi di tingkat Asia Tenggara; Anugerah Sutasoma untuk buku Sastra Multikultural (2018); dan Drama Tradisional Ludruk (2022) untuk kategori buku esai/kritik sastra terbaik dari Balai Bahasa Jawa Timur (2018).

 

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Akhmad_Taufiq  (dengan pengubahan)

 

Mbah Nganten, Mitos yang Membentuk Identitas Budaya di Jombang

Sastra lisan dengan berbagai ceritanya akan terus melekat di masyarakat. Sastra lisan Lebih dari sekadar cerita rakyat, sastra lisan merupakan cerminan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan jati diri suatu masyarakat. Sastra lisan ini tidak hanya diwariskan melalui kata-kata, tetapi juga melalui gerak isyarat, alat bantu pengingat, dan berbagai bentuk ekspresi lainnya. Mitos di masyarakat sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, salah satunya di Dusun Kramat, Desa Tanggung Kramat, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Dusun Kramat, menyimpan banyak cerita yang diwariskan secara turun-temurun. Berpusat pada Makam Mbah Nganten, kisah ini menceritakan penemuan tidak biasa yang mengantarkan dusun ini pada namanya yang unik.

Dahulu kala, di wilayah yang kini dikenal sebagai Dusun Kramat, hiduplah masyarakat Dusun Karang Tengah. Suatu hari, gegeran melanda dusun ketika sepasang tangan wanita ditemukan di tepi Sungai Brantas. Uniknya, tangan tersebut masih mengenakan cincin bermata merah dan menggenggam erat sejumput rumput.

Misteri identitas tangan tersebut menyelimuti dusun. Tidak ada satu pun penduduk yang mengenalinya. Namun, tidak lama kemudian, datanglah seorang lelaki dari arah barat. Dengan rasa haru dan duka, lelaki itu menyatakan bahwa tangan tersebut adalah milik istrinya tercinta, yang baru saja dinikahinya kurang dari 40 hari. Saat itu, istrinya pamit ke sungai untuk buang air kecil. Tidak disangka, istrinya tidak kunjung kembali. Sang suami pun mencarinya dengan panik, hingga akhirnya menemukan tangan tersebut di tepi sungai.

Sumber gambar: Kanal Youtube Kahuripan TV (https://www.youtube.com/watch?v=DniG6cHfM7Y

Dengan penuh rasa kehilangan dan hormat, warga Dusun Karang Tengah dan sang suami sepakat untuk memakamkan tangan tersebut beserta cincinnya di atas tanggul tepi Sungai Brantas. Sejak saat itu, tempat tersebut dikenal dengan sebutan Makam Mbah Nganten, yang berarti “Makam Pengantin”.

 

Seiring berjalannya waktu, Dusun Karang Tengah pun berganti nama menjadi Dusun Kramat. Penamaan Dusun Kramat terinspirasi dari keberadaan makam tersebut. Mbah Nganten diyakini sebagai leluhur dan pendiri dusun. Sosoknya dihormati dan dikeramatkan oleh masyarakat. Keberadaan Makam Mbah Nganten tidak hanya menyimpan legenda, tetapi juga melahirkan tradisi dan adat istiadat di Dusun Kramat. Salah satunya adalah larangan bagi pengantin baru yang belum genap 40 hari untuk mendekati sungai. Tradisi ini dipercaya untuk menghindari kejadian tragis seperti yang menimpa Mbah Nganten.

Selain itu, terdapat pula aturan adat yang melarang pertunjukan wayang kulit di Dusun Kramat. Sebagai gantinya, wayang krucil diharuskan dipertunjukkan. Konon, jika aturan ini dilanggar, salah satu rumah warga akan tertimpa musibah kebakaran. Setiap tahunnya, masyarakat Dusun Kramat menggelar tradisi “Sedekah Dusun Kramat” untuk memperingati kematian Mbah Nganten. Acara ini diadakan pada malam Jumat Wage, diiringi dengan pertunjukan wayang krucil di Makam Mbah Nganten.

Kisah Mbah Nganten dan Makam Kramat mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang dijaga oleh masyarakat Dusun Kramat. Keberadaannya menjadi pengingat akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Tradisi dan adat istiadat yang dilestarikan menjadi identitas dan pemersatu masyarakat, sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur dan pelestarian budaya.***

Sumber: Puspitasari, Indah. (2022). “Sastra Lisan: Pengaruh Mitos di Desa Tanggung Kramat”. KODE: Jurnal Bahasa, 1(1), 150—161.

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/33503/0 

Tari Tere Teng’

Asal muasal tari teng tere adalah sebuah bentuk upaya masyarakat untuk mengelabuhi penjajah di masa masyarakat wajib membayar upeti kepada penjajah.hasil bercocok tanam rakyat sebagian besar harus di kasih ke para penjajah. Alhasil masyarakat berinisiatif untuk mengelabui para penjajah.                                                                                                                                     

Teng arti dasar kata dari petteng yang berarti lampu obor sedangkan tere artinya sedikit jadi teng tere merupakan tarian lampu obor yang remang remang. Dahulu tarian ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang berderet dengan istilah tanean lanjang tarian ini dilakukan oleh anak anak baik  laki laki maupun  perempuan namun kebanyakan tarian ini diperankan oleh anak anak perempuan.

Tarian teng tere digelar menjelang musim panen jagung ketika panen di lakukan di malam hari untuk mengelabui para penjajah. Sehingga dengan konsep yang ditawarkan oleh masyarakat dahulu.di kemas panen malam hari agar para penjajah mengira hanya acara kecil masyarakat biasa namun pada saat itu juga di ladang ladang masyarakat lagi panen jagung. Alih ali tarian itu dilakukan dalam upaya tipu daya masyarakat terhadap penjajah dengan kelengkapan krincingan (gungseng) lalu sapu tangan (sot tanang) hingga obor yang dikemas sedemikian rupa yang terbuat dari bambu.

Tarian ini dilakukan di kawasan desa banasare yang notabene bermata pencaharian sebagai petani,yang pada setiap musim panen beda tanaman yakni beda strategi tipu daya. Yang dijelaskan dari atas adalah  kejadian yang terjadi pada saat musim panen jagung.

 

Sumber: https://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/home/explore/cultural/29899 

ABDUL SYUKUR GHAZALI

Prof. Dr. H. A. Syukur Ghazali, M.Pd. lahir di Pamekasan tanggal 22 Desember 1950. Memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari IKIP MALANG (1976). Gelar Magister dalam bidang Pendidikan Bahasa  Indonesia diperolehnya dari IKIP MALANG (1987). Gelar Doktor dalam bidang Pendidikan Bahasa Indonesia diperolehnya dari IKIP MALANG (1999) dengan disertasi berjudul “Kerumitan Kalimat Bahasa Indonesia Siswa SD” di bawah promotor Prof. Dr. H.M.F. Baradja, M.A. (IKIP MALANG). Tanggal 12 September 2012, Abdul Syukur Ghazali dikukuhkan menjadi guru besar dan berhak menyandang gelar profesor. Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. H. A. Syukur Ghazali, M.Pd. menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Mewujudkan Pemerolehan Bahasa dalam Pembelajaran di Kelas”.

Bidang yang diminati dan ditekuninya selama ini adalah Pengajaran Menulis, Psikolinguistik, Retorika, Praktik Pengajaran Drama, dan Sejarah Sastra. Karya penelitian yang sudah dihasilkannya, antara lain (1) Penerapan Strategi Belajar Kooperatif dalam Perku-liahan Kajian Puisi (Laporan Hibah Pengajaran Proyek Due-Like, 2002), (2) Kinerja Mengajar Dosen dalam Proses Pembelajaran di UM (Penelitian Institusi, 2004), (3) Pemanfaatan T-unit sebagai Instrumen Pengukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Mandiri, 2007), dan (4) Tata Wacana Bahasa Madura (Penelitian Bahasa, Balai Bahasa Surabaya, 2007).

Menulis buku referensi berjudul Teori Belajar Bahasa dan Pengajaran Bahasa (Program Pascasar-jana, 1998). Menulis buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA dan SMP, yakni (1) Terampil Berbahasa Indonesia 3 untuk SMU kelals 3 (Penerbit Pustaka Jaya, 1992), (2) Cendekia Berbahasa Indonesia 1A,1B, 2A, 2B, 3A, dan 3B untuk SLTP (1995).

Naskahnya yang berjudul “Formula Sastra Madura dalam Kerapan Sapi: Sebuah Ancangan Metodologis Pengkajian Naskah” diterbitkan dalam Tradisi Tulis Nusantara menjelang Milenium III, Kumpulan Makalah Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara III 12–13 Oktober 1999, diterbitkan oleh Masyarakat Pernaskahan Nusantara, Percetakan Unri Press Pekanbaru (2000).

Artikel jurnal yang sudah ditulis nya juga tidak sedikit, di antaranya adalah “Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Bahasa Utuh (Whole Language)” (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 10, Nomor 1, 2003, “T-Unit sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia” (Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol 6, Nomor 1, 2007, dan “Mengenal Wajah Indonesia Melalui Penulis Realisme Sosialis Pramoedya Ananta Toer” (Bahasa dan Seni, 2006).

Abdul Syukur Ghazali juga aktif mengikuti dan menulis makalah seminar terutama di bidang pengajaran antara lain (18) Menciptakan Kelas yang Membelajarkan (Seminar Nasional Pendidikan dan Konsolidasi BEM FKIP se-Nusantara, Unisma, 6 Mei 2006), (19) Merancang Pendidikan yang Memberda-yakan Budaya Madura (Kongres Kebudayaan Madura, Sumenep Madura, 9-11 Maret 2007), (20) Pengalaman Universitas Negeri Malang dalam Pelatihan Peningkatan Metode Pembelajaran (Workshop Need Assessment on Lecturer Teaching Methodology, di Brawijaya, 20-21 Juni 2007), (21) Menjadi Guru yang Profesional (Pelatihan Peningkatan Mutu Guru Mata Pelajaran Tingkat SMA/MA Se-Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 5-14 Juli 2007), (22) Sastra Indonesia: Jendela Lintas Budaya untuk Pembelajaran BIPA/Indonesia Studies (Semiloka Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, di Jakarta, 18-20 Juli 2007), dan (23) Pokok-pokok Pikiran untuk Merancang Pembangunan Pendidikan Kabupaten Malang (Seminar Sehari dalam rangka Menuju Kebangkitan Pendidikan Kabupaten Malang, di Malang, 11 Agustus 2007).

Untuk mengharagai pengabdiannya, pada tahun 2003 Abdul Syukur Ghazali memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden Republik Indonesia.

Wadah Suruh Lena

Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.

Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
penerjemahan@kemdikbud.go.id diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

 

Wadah Suruh Lena
Tempat Sirih Lena

 

Penulis
Betty

 

Penelaah
Arif Subiyanto

Penanggung Jawab
Umi Kulsum

Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto

Ilustrasi & Desain Sampul
Alissa Mumtaz Nameera

Tata Letak
FA Indonesia

Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972

Cetakan pertama, Oktober 2023

E-ISBN: 978-623-112-775-4

Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21×29,7 cm

Misteri Kebenaran di Balik Mantra Semar Mesem: Antara Pengasihan dan Keharmonisan Spiritual

Mantra, sebagai bagian dari tradisi lisan yang berkembang di kalangan masyarakat, memiliki peran yang penting dalam mewariskan kebudayaan secara turun-temurun. Di Jawa Timur, khususnya, tradisi mantra mengemuka sebagai bagian tidak terpisahkan dari budaya Osing. Mantra Osing, sebagai doa sakral kesukuan, memuat kepercayaan akan adanya kekuatan spiritual yang bersifat gaib. Salah satu keunikan Mantra Osing adalah keberadaan empat macam magi di dalamnya, yakni putih, kuning, merah, dan hitam. Mantra-mantra ini masih terus bertahan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sosial masyarakat hingga saat ini.

Salah satu aspek yang menarik untuk diselidiki adalah mantra bermagi kuning. Mantra ini tidak hanya dimiliki oleh dukun, melainkan juga dapat digunakan oleh masyarakat umum. Fungsi mantra bermagi kuning tidak hanya terbatas pada praktik dukun, tetapi juga dipercaya dapat mempengaruhi pikiran seseorang tanpa menggunakan cara-cara yang jahat, terutama dalam konteks mencari jodoh atau yang lebih populer dikenal sebagai ilmu pengasihan. Popularitas mantra bermagi kuning di kalangan masyarakat membuatnya menjadi bagian integral dari identitas budaya lokal.

Sumber gambar: Kanal Youtube Pusaka Antik (https://www.youtube.com/watch?v=LmVdyuIZNa8

Di Banyuwangi, dunia spiritual sangatlah populer dan meresap dalam kehidupan sehari-hari. Selain mantra, praktik spiritual lainnya seperti pengobatan tradisional, pencarian kekuasaan, dan meramal juga sangat umum di sana. Mantra bermagi kuning, khususnya mantra Semar Mesem, masih dipercaya oleh banyak orang hingga saat ini. Pengikutnya memercayai kekuatan mantra tersebut dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan menganggapnya sebagai bekal penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Dalam konteks perilaku individual, tradisi, dan budaya sosial, mantra Semar Mesem memiliki peran yang sangat penting. Fungsinya tidak hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan individu, tetapi juga melibatkan latar belakang budaya dan tradisi lokal. Mantra Semar Mesem, sebagai bagian dari budaya Osing, menjadi sarana bagi individu untuk menjalin hubungan baik dengan mempengaruhi kesadaran orang lain. Fungsi sosial mantra ini juga sangatlah signifikan, karena tidak hanya berdampak pada individu saja, tetapi juga pada masyarakat secara luas.

Dalam praktiknya, mantra Semar Mesem termasuk dalam kategori santet pengasihan atau ilmu pengasihan. Tujuannya adalah untuk memikat lawan jenis atau mendapatkan kekasih atau pendamping hidup. Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan mantra ini tidaklah bermaksud untuk melakukan kejahatan, melainkan untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dan tulus. Kekuatan magis mantra Semar Mesem bekerja secara halus, sehingga unsur negatifnya tidak terlalu terlihat. Bahkan, objek yang disantet mungkin tidak menyadari bahwa dirinya sedang terpengaruh oleh mantra tersebut.

Kesimpulannya, mantra bermagi kuning, khususnya mantra Semar Mesem, memegang peran yang penting dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi. Sebagai bagian dari warisan budaya dan tradisi lokal, mantra ini tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga membentuk identitas dan pola pikir kolektif masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk terus memahami dan menghargai nilai-nilai serta fungsi dari tradisi lisan seperti mantra dalam konteks budaya lokal yang kaya dan beragam.

Sumber: Wulandari, Intan., Tedi Erviantono., & Bandiyah. (2017). “Imbolisme Mantra Semar Mesem terhadap Kekuasaan di Banyuwangi”. Jurnal Nawala Politika, 1(1), 1—9.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/politika/article/view/33299

BBP Jawa Timur Laksanakan Karantina dan Puncak Penobatan Pemilihan Duta Bahasa Jawa Timur

Senin, 29 April 2024, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jawa Timur) menggelar kegiatan Karantina dan Puncak Penobatan Pemilihan Duta Bahasa Jawa Timur 2024. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 27—29 April 2024 di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur dan Hotel Grand Mercure Mirama Surabaya. Karantina dan Puncak Penobatan Pemilihan Duta Bahasa Jawa Timur 2024 adalah salah satu rangkaian kegiatan Pemilihan Duta Bahasa Jawa Timur 2024. Peserta yang mengikuti tahap tersebut berjumlah 20 orang atau 10 besar. Peserta merupakan pendaftar yang telah dinyatakan lolos dalam seleksi berkas, seleksi tulis, dan seleksi wawancara Pemilihan Duta Bahasa Jawa Timur 2024. Karantina bertujuan untuk membekali peserta dengan materi kebahasaan dan keorganisasian, melaksanakan rangkaian penilaian, memilih peserta terbaik untuk tergabung dalam Ikatan Duta Bahasa Jawa Timur, dan mengetahui kemampuan seluruh peserta, terutama dalam pengemasan krida duta bahasa dan wicara publik. Setelah melaksanakan karantina, tahap selanjutnya adalah puncak penobatan untuk menentukan pemenang Duta Bahasa Jawa Timur 2024.

Dalam kegiatan karantina yang dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 27—28 April 2024 tersebut, dua puluh finalis duta bahasa diberi bekal materi untuk menjalankan penugasan. Materi yang diberikan adalah materi kebahasaan dan bahasa Indonesia bagi pewara disampaikan oleh Dr. Umi Kulsum, M.Hum., materi psikologi disampaikan oleh Bagus H. Hadi, materi  wawasan kebangsaan disampaikan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, materi EYD V disampaikan oleh Adi Syaiful Mukhtar, S.S., materi kemampuan wicara publik disampaikan oleh Helmi Kurniawan, S.Ikom., M.Ikom., CPS, CIT., materi keorganisasian IKA Dubas disampaikan oleh Rista Maria Hartono Putri, dan kelas kecantikan oleh Wardah.

Setelah menjalani masa karantina selama dua hari di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, finalis masuk ke babak akhir pada Puncak Penobatan Duta Bahasa Jawa Timur 2024. Acara ini dibuka langsung oleh Kepala BBP Jawa Timur, Dr. Umi Kulsum, M. Hum. Dalam sambutannya, Umi Kulsum memberikan apresiasi kepada 20 finalis duta bahasa yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Selain itu, Umi Kulsum juga mengucapkan apresiasi terhadap tamu undangan yang hadir untuk menyaksikan putra-putri terbaik Jawa Timur memperebutkan gelar duta bahasa. Undangan yang hadir berasal dari berbagai kalangan meliputi perwakilan Wali Kota Surabaya, Kepala BBPMP, perwakilan dinas, dekan, budayawan Jawa Timur, ketua organisasi, dan juga tamu daerah duta wisata dan duta kampus.

Pada acara ini, 20 finalis memberikan orasi kebahasaan terkait program krida yang mereka rancang. Berdasarkan orasi ini, dipilih enam besar finalis. Selanjutnya, diberikan pertanyaan oleh dewan juri, yaitu Bapak Hariyanto yang berasal dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Umi Kulsum, M.Hum. sebagai Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Helmi Kurniawan, S.Ikom., M.Ikom., C.P.S., C.I.T. sebagai Pimpinan Kahaf Brothers, dan Rista Maria Hartono Putri dan Eka Adriansyah sebagai Pemenang Duta Bahasa Jawa Timur 2023.

Setelah melalui penilaian yang ketat, berikut adalah daftar pemenang Duta Bahasa Jawa Timur 2024.
Pemenang 1: Muchammad Aldian Asmaradana dari UINSA Surabaya, Kab. Sidoarjo; Jesica Maranatha Virgin dari Universitas Brawijaya, Kab. Malang.

Pemenang 2: Marchellino Trinovananda dari SMA Katolik St. Thomas Aquino, Kab. Tulungagung; Maria Yuliana dari Universitas Negeri Malang, Kota Malang.

Pemenang 3: Rindra Afrizqi Anugrah dari Universitas Negeri Malang, Kab. Malang; Rahelsa Curryola Shilvia dari Universitas Brawijaya, Kab. Magetan.

Favorit: Muhammad Ertam Hidayat dari Universitas Negeri Yogyakarta, Kab. Ngawi; Alini Ghoni Ramadhani Putri dari Universitas Negeri Malang, Kab. Lumajang.

 

 

Betulkah Bahasa Indonesia Minim Kosakata?

Rabu, 17 April 2024, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBPJT) memenuhi undangan dari Siniar Djoedes (Jurnalis Dewan), DPRD Provinsi Jawa Timur. Undangan tersebut bertema bincang santai tentang isu kebahasaan, “betulkah bahasa Indonesia miskin kosakata?” 

Kegiatan bincang santai dihadiri langsung oleh Kepala BBPJT, Dr. Umi Kulsum, S.S., M.Hum. dengan tuan rumah Siniar Djoedes DPRD, Trisna Adhitya. Dalam kegiatan tersebut, hadir pula sebagai pengamat Koordinator Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Jatim), Ricky Maulana. 

Dalam kegiatan bincang santai, Ibu Umi menyampaikan bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang minim kosakata. Bahasa Indonesia sudah mampu menjadi bahasa pergaulan, bahasa Pendidikan, bahasa hukum, bahkan bahasa ilmiah. Bahasa Indonesia dengan berbagai variasinya akan terus berkembang sesuai dengan zaman dan masyarakat penggunanya. Beliau juga menyampaikan bahasa Indonesia sangat bervariatif, misalnya bahasa gaul yang sering digunakan oleh masyarakat, terutama generasi muda.. 

Ibu Umi juga menyampaikan bahwa bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa daerah lain, yang jumlahnya mencapai 718 bahasa di Indonesia. Masyarakat juga diimbau untuk ikut menjadi penyumbang kosakata bahasa Indonesia, dengan menyampaikan kosakata yang belum ada konsepnya dalam bahasa Indonesia, disampaikan ke tim KBBI dengan menyertakan katayang diusulkan, makna, contoh penggunaanya dalam kalimat (Mon).

Balai Bahasa Siap Tampilkan Produk Unggulan di Pameran Hardiknas 2024

Surabaya – Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBPJT) bersiap menampilkan produk unggulan dan inovasi dalam pameran peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2024 di Provinsi Jawa Timur (Jatim), pada medio Mei mendatang.

Hal ini disampaikan Kepala BBJT Umi Kulsum saat mengikuti rapat koordinasi (rakor) persiapan pameran Peringatan Hardiknas Tahun 2024 di Provinsi Jatim, Senin (22/4), di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim di Surabaya. 

“Kami siap tampilkan produk unggulan kami seperti  kamus digital bahasa dan sastra daerah atau Kasada, 100 buku cerita anak dan Komunitas Digital Kreatif atau Komdik,” kata Umi dalam rakor  yang dipimpin Kepala BBPMP Jatim, Sujarno.

Rakor ini juga dihadiri Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jatim) Endah Budi Heryanti serta perwakilan dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jatim, Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika (BBPPMPV BOE), dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah VII Jatim.

Dalam rapat tersebut, Sujarno menyampaikan surat edaran Sekjen Kemendikbud Ristek Suharti terkait penyelenggaraan pameran peringatan Hardiknas dengan tema “Bergerak Bersama Lanjutkan Merdeka Belajar” pada Mei mendatang. Setiap unit pelaksana teknis (UPT) Kemendikbud Ristek diminta berkolaborasi menampilkan capaian program Mereka Belajar dan Merdeka Berbudaya di provinsi masing-masing. Tampilan dalam pameran berupa produk inovasi, infografik dan dokumentasi kegiatan. 

Pameran Hardiknas di Jatim dijadwalkan berlangsung pada 17-19 Mei (Jumat-Minggu) dengan tiga nominasi lokasi yakni Balai Pemuda di Surabaya, Museum Mpu Tantular di Sidoarjo, dan Museum Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Kepastian lokasi pameran akan ditentukan dalam rakor berikutnya pada pekan ini. (*)

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBJT) Umi Kulsum (kanan) saat mengikuti rapat koordinasi (rakor) persiapan pameran Peringatan Hardiknas Tahun 2024, Senin (22/4), di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim di Surabaya. 

Pelajar Berlatih Intensif Musikalisasi Puisi

Surabaya – Sebanyak 40 pelajar SMA negeri dan swasta berlatih intensif musikalisasi puisi pada Sabtu-Minggu (27-28/4) di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBJT). Ini merupakan pelatihan tahap kedua “Bengkel Musikalisasi Puisi” setelah kegiatan serupa pekan lalu.  Mereka datang dari sejumlah daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Bojonegoro, Lumajang, Madiun dan Blitar.

Dibimbing Ony Suryono, seniman teater dari Sanggar Biru Madiun dan dan Yuni W Purniawan, penata musik dari sanggar tari Gito Maron, Surabaya, kali ini para pelajar berlatih intensif untuk meningkatkan kekompakan, aransemen musik, ekspresi wajah, serta  mengatur ritme untuk menciptakan dinamika dalam musikalisasi puisi. Mereka mematangkan musikalisasi puisi mereka sebelum mengikuti Festival Musikalisasi Puisi BBJT pada Mei mendatang. 

Di sela kegiatan, sebagian guru pendamping bersama Ony dan Yuni sempat unjuk kebolehan dengan musikalisasi puisi “Perjalanan Kubur” karya Sutardji Calzoum Bachri. 

Di akhir kegiatan, tujuh kelompok pelajar menampilkan musikalisasi puisi dari puisi wajib dan puisi pilihan masing-masing. Dalam penampilannya, tiap kelompok menggunakan sejumlah alat musik. Seperti gitar akustik, gitar bas, jimbe, pianika, dan keyboard

Dua kelompok terbaik hasil penilaian para guru pendamping didaulat tampil di hadapan Kepala BBJT Umi Kulsum yang didampingi Kasubbag Umum BBJT Ary Setyorini dalam penutupan kegiatan tersebut. (*)