Balai Bahasa Jatim Ajak Utamakan Bahasa Indonesia

Balai Bahasa Jawa Timur menggelar penyuluhan penggunaan bahasa media luar ruang di Hotel Ningrat Bangkalan kemarin (2/10). Peserta mayoritas pejabat dari OPD di lingkungan Pemkab Bangkalan dan pengusaha hotel serta restoran.

Perwakilan Balai Bahasa Jawa Timur Amir Mahmud mengutarakan, penyuluhan penggunaan bahasa media luar ruang sangat penting. Sebab, belakangan ini bahasa Indonesia mulai tidak digunakan. ”Kami sebagai penjaga bahasa negara mengajak seluruh kabupaten/kota, termasuk Bangkalan, untuk mengutamakan bahasa Indonesia di media luar ruang,” katanya.

Penyuluhan semacam ini sangat perlu. Terutama kepada OPD sebagai kepanjangan tangan pemerintah. Bahasa Indonesia harus menjadi tuan rumah dan didahulukan. ”Sekarang ini posisi bahasa Indonesia seperti tamu, bukan lagi tuan rumah. Seperti bahasa kedua, pertama malah bahasa asing,” ujarnya.

”Karena itu, mari bersama-sama menertibkan dan memartabatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Jangan menghilangkan bahasa nasional dari gempuran bahasa asing. Boleh belajar bahasa asing. Tidak ada larangan, tapi tetap posisikan bahasa Indonesia paling utama,” imbaunya.

Mantan kepala Balai Bahasa Jatim itu mengaku, kalaupun terpaksa menggunakan bahasa asing, misalnya, iklan dalam papan, baliho, pamflet, banner, dan lainnya tetap dahulukan bahasa Indonesia paling atas. Lalu, bahasa asing di bawahnya. ”Ayo jaga bahasa kita,” ajaknya.

OPD di lingkungan Pemkab Bangkalan dan pengusaha hotel serta restoran ketika ingin menggunakan media luar ruang harus menggunakan bahasa Indonesia. ”Pemerintah harus memulainya. Semoga di Bangkalan tetap menggunakan bahasa Indonesia di media luar ruang,” harapnya.

Pj Sekkab Bangkalan Setijabudhi sangat berterima kasih kepada Balai Bahasa Jawa Timur yang telah menggelar penyuluhan ini. Kegiatan tersebut sangat bagus. ”Penggunaan bahasa Indonesia di media luar ruang sudah kami lakukan. Sekarang ini mulai marak iklan, pamflet, dan lainnya menggunakan bahasa asing. Kami sepakat posisikan bahasa Indonesia pertama,” tegasnya.

(mr/daf/hud/bas/JPR)

Balai Bahasa Jawa Timur Gelar Sosialisasi Penggunaan Bahasa Media Luar Ruang di Pacitan

Bahasa adalah alat komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide atau maksud kepada orang lain. Dengan begitu, terjalin komunikasi timbal balik yang saling dapat terpahami antarindividu.

Melalui bahasa, orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya.

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan, terutama yang berkaitan dengan tatanan baru kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya teknologi informasi yang semakin sarat dengan tuntutan dan tantangan globalisasi.

Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan memengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Kondisi itu telah membawa perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa.

Oleh sebab itu Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) menggelar kegiatan Sosialisasi Penggunaan Bahasa Media Luar Ruang di Kabupaten Pacitan pada tanggal 8 hingga 9 September 2019. Kegiatan diikuti oleh 100 peserta yang merupakan perwakilan dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, dan lembaga swasta yang ada di Kabupaten Pacitan. Dilaksanakan di Aula STKIP PGRI Pacitan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menyosialisasikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan di media luar ruang, meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia, meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia sebagai media pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, dan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia demi memartabatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara,” papar Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Drs. Mustakim, M.Hum, Senin (9/9/2019)

Drs. Mustakim, M.Hum., mengatakan bahwa ruang publik itu seharusnya menggunakan dan mengutamakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus digunakan secara baik dan benar dalam ranah ruang publik karena penggunaan bahasa di media luar ruang mencerminkan bahasa yang berkembang di masyarakat.

Kegiatan ini dibuka oleh Drs. Suko Wiyono, M.M., selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan. Dalam pembukaannya, Drs. Suko Wiyono, M.M. sangat menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Timur. Ia mengajak para peserta untuk mulai mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dari sekarang.

Drs. Suko Wiyono, M.M. juga mengimbau kepada Bapak Drs. Daryono, M.M., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, untuk menggerakkan guru-guru SD, SMP, SMA dapat membantu program Balai Bahasa Jawa Timur dalam mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia.
Drs. Suko Wiyono, M.M. juga mengingatkan UPTD yang menangani perizinan agar menambahkan syarat penggunaan bahasa Indonesia dalam memaparkan iklan-iklan maupun media luar ruang lainnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Drs. Daryono, M.M., menyampaikan bahwa penggunaan bahasa di media luar ruang di Kabupaten Pacitan masih banyak kekurangan, belum sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu, diperlukan pendampingan dalam penggunaan Bahasa Indonesia di media luar ruang yang ada di Kabupaten Pacitan.

Materi Sosialisasi Penggunaan Bahasa Media Luar di Kabupaten Pacitan adalah Kebijakan Pemerintah Daerah Kab. Pacitan tentang Penggunaan Bahasa di Media Luar Ruang oleh Drs. Daryono, M.M. (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan). Juga tentang Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik oleh Drs. Mustakim, M.Hum. (Kepala Balai Bahasa Jawa Timur). (adv/abi)

Balai Bahasa Jatim: Media Massa Garda Terdepan Penggunaan Bahasa Indonesia

Balai Bahasa Jawa Timur menjadikan insan pers sebagai sasaran dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebab, kata yang tercantum dalam kalimat suatu berita yang salah, bisa jadi benar karena digunakan berkali-kali.

’Insan media massa jadi sasaran kami karena media massa itu garda terdepan penggunaan bahasa dan mempunyai intensitas berbahasa yang sangat tinggi,’ ujar Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Mustakim dalam Koordinasi Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Bahasa Media di Kota Batu, di Command Center Balai Kota Among Tani, Selasa (2/7).

Mustakim mencontohkan kata sukses. Saat ini media massa menerapkan dua ragam kata berbeda. Satu kata menyukseskan dan lainnya kata mensukseskan.

’’Kalau dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, itu menyukseskan. Tapi karena media massa berkali-kali memakai kata mensukseskan, ini menjadi sebuah pembenaran di masyarakat,’’ imbuhnya.

Karena itu, Balai Bahasa Jawa Timur merasa perlu menyosialisasikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga adanya koordinasi tersebut agar para awak media mampu meningkatkan pemahaman penggunaan bahasa yang baik dan benar.(Hmz/Aka)

Balai Bahasa Jawa Timur Gelar Sosialisasi Penulisan Kearifan Lokal

Jatim Newsroom – Balai Bahasa Jawa Timur menggelar bimtek dan sosialisasi Komunitas Baca di Blitar dengan fokus penulisan karya kreatif berbasis kearifan lokal. Kegiatan diikuti 50 peserta dari komunitas baca se-Blitar Raya.

Tujuan kegiatan itu sangat sesuai dengan kondisi generasi milenial. Salah satunya, generasi muda kini harus memahami akar budaya yang melahirkannya agar tidak tercerabut dari nilai-nilai luhur warisan bangsa.

“Kami berharap generasi muda turut aktif dalam menggali dan memahami kearifan lokalnya, sehingga mereka tidak asing dengan potensi kedaerahannya. Dengan begitu, mereka mengenal jati diri dengan benar sebagai bekal untuk menghadapi situasi dan kondisi kekinian,” tegas Mustakim, kepala Balai Bahasa Jawa Timur dalam keterangan tertulisnya ke Kominfo Jatim, Jumat (15/3).

Dengan mengemas kearifan lokal dalam bentuk karya tulis kreatif, tutur Mustakim, tidak hanya sebagai upaya dokumentasi saja. Namun, diharapkan muncul penulis handal dari Blitar. Hal itu karena potensi kearifan lokal Blitar sangat melimpah dan inspiratif. “Semoga lahir penulis berbakat dengan karya bermutu dari Blitar,” tegas Mustakim.

Oleh karena itu, dalam bimtek tersebut dihadirkan narasumber dari kalangan praktisi dan akademisi dari dunia penulisan. Ada yang menjabarkan tentang kearifan lokal Blitar, dan kiat-kiat mengemasnya dalam bentuk prosa dan puisi. Di antaranya adalah Rahmanto Adi dan Rangga Bisma Aditya dari Dewan Kesenian Kabupaten Blitar, Yusri Fajar dari Universitas Brawijaya, serta Mashuri dan Hero Patrianto dari Balai Bahasa Jawa Timur.

“Kami mengemas acara tersebut dengan perpaduan antara teori dan praktik. Dari praktik, sudah dihasilkan cukup banyak cerpen dan puisi dengan tema kearifan lokal di Blitar. Sebagian besar karya peserta sudah menarik,” tegas Naila Nilofar, ketua panitia.

Dengan melihat komposisi peserta, yang sebagian besar dari komunitas baca dan mahasiswa, potensi mereka untuk berkembang memang besar. Apalagi potensi tradisi, sejarah lokal, cerita rakyat, dan arkeologi di Blitar sangat mendukung sebagai bahan mentah untuk diolah menjadi karya kreatif lebih jauh.

“Potensi Blitar tidak kalah dengan daerah lain, bahkan banyak yang istimewa. Bila kawan-kawan tersebut serius dalam menggeluti karya kreatif, saya yakin akan lahir karya-karya istimewa yang berbasis kearifan lokal Blitar,” tutur Rangga Bisma Aditya, yang juga dikenal sebagai budayawan Blitar (pca/p)

Pemenang lomba dramatisasi cerpen tingkat slta sejawa timur 2019

Selamat kepada para pemenang Lomba Dramatisasi Cerpen 2019 yang diselenggarakan Balai Bahasa Jawa Timur di Taman Budaya Jawa Timur, 31 Juli 2019

Pemenang I SMAN Pagak, Malang
Pemenang II SMKN 1 Tuban
Pemenang III SMKN 12 Surabaya
Pemenang IV SMKN 2 Kediri
Pemenang V SMAN 2 Bangkalan
Pemenang VI SMA Brawijaya, Malang

Pemenang I akan dikirim ke Bandung sebagai wakil Jawa Timur untuk mengikuti Jambore Sastra Se-Jawa–Bali, 27–30 Agustus 2019

Balai Bahasa Jawa Timur Sosialisasikan Penggunaan Bahasa Media Luar Ruang di Kota Blitar

Sosialisasi ini merupakan salah satu program dari Balai Bahasa Jawa Timur, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penggunaan bahasa media luar ruangan. Di Kota Blitar, sosialisasi berlangsung disalah satu rumah makan di Jalan Kalimantan, Selasa (03/09/2019).

Mustakim-Kepala Balai Bahasa Jawa Timur mengatakan, saat ini banyak masyarakat yang sering menggunakan bahasa asing dibanding bahasa Indonesia. Teruatama di media luar ruangan, seperti petunjuk jalan, penamaan fasilitas umum, pelabelan produk UMKM dan lain-lain. Untuk itu, sosialisasi ini dilakukan, agar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar lebih diperhatikan dan utamakan.

“Selama ini mulai ada kencederungan masyarakat terhadap bahasa Indonesia itu mulai luntur. Buktinya banyak orang lebih memilih menggunakan bahasa asing, bahkan dimedia luar ruang” jelas Mustakim.

Kegiatan ini juga mendapat apresiasi positive dari Santoso-Plt. Walikota Blitar. Senada dengan Mustakim, pihaknya menilai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus diperhatikan, mengingat bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.

“Bahasa Indonesia dipilih menjadi bahasa persatuan pada saat Sumpah Pemuda, karena mampu mengikat sekian banyak suku yang ada di Indonesia. Kita tidak bisa bayangkan kalau waktu itu tidak ada bahasa Indonesai, mungkin tiap suku sulit disatukan” jelas Santoso.

Sementara itu, sosialisasi ini melibatkan ASN lingkup Pemkot, guru pendidik, dan pelaku UMKM.

Balai Bahasa Jawa Timur Gelar Sosialisasi Penulisan Kearifan Lokal

Jatim Newsroom – Balai Bahasa Jawa Timur menggelar bimtek dan sosialisasi Komunitas Baca di Blitar dengan fokus penulisan karya kreatif berbasis kearifan lokal. Kegiatan diikuti 50 peserta dari komunitas baca se-Blitar Raya.

Tujuan kegiatan itu sangat sesuai dengan kondisi generasi milenial. Salah satunya, generasi muda kini harus memahami akar budaya yang melahirkannya agar tidak tercerabut dari nilai-nilai luhur warisan bangsa.

“Kami berharap generasi muda turut aktif dalam menggali dan memahami kearifan lokalnya, sehingga mereka tidak asing dengan potensi kedaerahannya. Dengan begitu, mereka mengenal jati diri dengan benar sebagai bekal untuk menghadapi situasi dan kondisi kekinian,” tegas Mustakim, kepala Balai Bahasa Jawa Timur dalam keterangan tertulisnya ke Kominfo Jatim, Jumat (15/3).

Dengan mengemas kearifan lokal dalam bentuk karya tulis kreatif, tutur Mustakim, tidak hanya sebagai upaya dokumentasi saja. Namun, diharapkan muncul penulis handal dari Blitar. Hal itu karena potensi kearifan lokal Blitar sangat melimpah dan inspiratif. “Semoga lahir penulis berbakat dengan karya bermutu dari Blitar,” tegas Mustakim.

Oleh karena itu, dalam bimtek tersebut dihadirkan narasumber dari kalangan praktisi dan akademisi dari dunia penulisan. Ada yang menjabarkan tentang kearifan lokal Blitar, dan kiat-kiat mengemasnya dalam bentuk prosa dan puisi. Di antaranya adalah Rahmanto Adi dan Rangga Bisma Aditya dari Dewan Kesenian Kabupaten Blitar, Yusri Fajar dari Universitas Brawijaya, serta Mashuri dan Hero Patrianto dari Balai Bahasa Jawa Timur.

“Kami mengemas acara tersebut dengan perpaduan antara teori dan praktik. Dari praktik, sudah dihasilkan cukup banyak cerpen dan puisi dengan tema kearifan lokal di Blitar. Sebagian besar karya peserta sudah menarik,” tegas Naila Nilofar, ketua panitia.

Dengan melihat komposisi peserta, yang sebagian besar dari komunitas baca dan mahasiswa, potensi mereka untuk berkembang memang besar. Apalagi potensi tradisi, sejarah lokal, cerita rakyat, dan arkeologi di Blitar sangat mendukung sebagai bahan mentah untuk diolah menjadi karya kreatif lebih jauh.

“Potensi Blitar tidak kalah dengan daerah lain, bahkan banyak yang istimewa. Bila kawan-kawan tersebut serius dalam menggeluti karya kreatif, saya yakin akan lahir karya-karya istimewa yang berbasis kearifan lokal Blitar,” tutur Rangga Bisma Aditya, yang juga dikenal sebagai budayawan Blitar (pca/p)

Balai Bahasa Jatim Maksimalkan Penguasaan 6 Literasi Dasar

KOTA MALANG- Menghadapi abad 21, Balai Bahasa Jawa Timur himbau masyarakat agar menguasai 6 literasi dasar. Hal ini disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Drs. Mustakim M Hum, dalam Diseminasi Gerakan Literasi Nasional bertajuk Literasi Sebagai Episentrum Peradaban yang diadakan selasa (16/4) di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM)

Para peserta saat melakukan registrasi untuk mengikuti seminar literasi yang diadakan oleh Balai Bahasa Jatim di Perpustakaan UM

Di hadapan puluhan guru, pelajar, hingga mahasiswa se-Kabupaten Malang, Mustakim menjelaskan 6 macam literasi dasar baca tulis tersebut. Yakni literasi numerisasi, sains, finansial, digital, budaya, dan kewarganegaraan.

Drs Mustakim M Hum saat memberikan materi

“Mengapa literasi numerisasi penting? Sebab literasi ini akan membuat kita mempunyai pikiran yang sistematis menggunakan angka-angka. Sains dan finansial jika dijelaskan secara numerik akan menjadi bahasa yang lebih mudah dipahami secara logika,” terangnya.

Tak kalah penting, literasi digital harus ditingkatkan dalam upaya menghadapi revolusi industri 4.0. Tantangan besar masyarakat Indonesia adalah ketersediaan banyak fitur digital akan tetapi tidak bisa memaksimalkan dalam pemakaian.

“Sekarang ngisi SKP aja bisa sambil jalan-jalan, ngisi SPT bisa lewat aplikasi. Tapi karena lemahnya literasi digital, fitur-fitur ini nggak maksimal pemakaiannya. Inilah tantangan yang berat,” sambung dia.

Sebagai penutup, literasi budaya dan kewarganegaraan juga mempunyai peranan yang signifikan dalam gerakan literasi. Menurut Mustakim, banyak orang pintar, tapi tidak berbudaya. “Ya contohnya aja lihat itu hacker Indonesia, mereka pintar tapi menyebar virus. Jangan begitu ya,” tutupnya.

Pewarta: Rida Ayu
Penyunting : Kholid Amrullah
Foto: Rida Ayu

Bupati Sepakat Pengutamaan Bahasa Indonesia Masuk Syarat Perizinan

Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR. menyambut baik keinginan Balai Bahasa Jawa Timur untuk menerapkan syarat penggunaan Bahasa Indonesia dalam perizinan di Kabupaten Jember.

Kepada wartawan yang mewawancarainya, Bupati menyebutkan sudah ada persyaratan untuk pemakaian Bahasa Indonesia dalam perizinan di Kemenkumham.

“Oleh karenanya, dengan itu tinggal membuat suatu turunan ke dalam suatu peraturan daerah. Saya kira ini inspirasi yang baik,” kata Bupati di Pendapa Wahyawibawagraha.

Selain itu, Bupati juga meminta Balai Bahasa Jawa Timur untuk melakukan evaluasi penggunaan bahasa media luar ruang di Kabupaten Jember.

“Berikan umpan balik pada kami, baik itu fasilitas pemerintah, swasta, perorangan, maupun lembaga. Kami akan tindak lanjuti untuk menjaga bahasa yang satu, Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di media luar ruang di Kabupaten Jember,” tegasnya.

Pemkab Jember bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Timur menggelar Sosialisasi Penggunaan Bahasa Media Luar Ruang yang digelar di Pendapa Wahyawibawagraha, Selasa, 06 Agustus 2019.

Bupati berharap sosialisasi ini mengembalikan kesadaran bahwa penggunaan bahasa di media luar ruang yang bukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama adalah sesuatu yang menyalahi semangat persatuan Indonesia.

Kesalahan itu perlu ditindaklanjuti dengan mengembalikan bahasan utama di media luar ke Bahasa Indonesia. “Boleh ada bahasa yang lain, tetapi sebagai bahasa yang kedua, bukan bahasa yang pertama,” tuturnya.

Di akhir wawancara, Bupati menyatakan menunggu Balai Bahasa untuk memberikan rekomendasinya terkait penggunaan bahasa media luar ruang di Kabupaten Jember.

“Kita tunggu Balai Bahasa Jawa Timur memberikan rekomendasi lebih detail, sehingga kita bisa memanfaatkannya dengan baik,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Drs. Mustakim, M.Hum, menyampaikan, acara sosialisasi merupakan kegiatan kedua setelah pemantauan. Kegiatan berikutnya adalah penyuluhan.

Sosialisasi ini menginformasikan ketentuan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan bahasa di ruang publik. “Sedangkan penyuluhan itu akan memberikan pelatihan bagaimana menggunakan bahasa di ruang publik sesuai dengan ketentuan,” jelasnya.

Mustakim menyampaikan, Balai Bahasa ingin ada kebijakan dari Bupati terkait dengan perizinan untuk memasukkan syarat menggunakan Bahasa Indonesia.

“Ini sebenarnya misi utamanya supaya masyarakat Jember kembali mencintai Bahasa Indonesia,” terangnya.

Mustakim menegaskan, Bahasa Indonesia itu sebagai simbol identitas bangsa yang harus diutamakan di ruang publik.

“Kami berharap lembaga yang memberikan perizinan di Kabupaten Jember menambah satu syarat yaitu pengutamaan Bahasa Indonesia,” ungkapnya.

Apabila dalam penerapan syarat ini memerlukan peraturan yang lebih tinggi, misalnya perda atau perbup, Mustakim menyatakan akan ikut menyiapkan.

Di Jember, lanjut Mustakim, masih lumayan banyak penamaan dalam bahasa asing. Baik nama usaha, perumahan, nama perbelanjaan. (mutia/ izza/*f2)

Pemenang lomba dramatisasi cerpen tingkat slta sejawa timur 2019

Selamat kepada para pemenang Lomba Dramatisasi Cerpen 2019 yang diselenggarakan Balai Bahasa Jawa Timur di Taman Budaya Jawa Timur, 31 Juli 2019

Pemenang I SMAN Pagak, Malang
Pemenang II SMKN 1 Tuban
Pemenang III SMKN 12 Surabaya
Pemenang IV SMKN 2 Kediri
Pemenang V SMAN 2 Bangkalan
Pemenang VI SMA Brawijaya, Malang

Pemenang I akan dikirim ke Bandung sebagai wakil Jawa Timur untuk mengikuti Jambore Sastra Se-Jawa–Bali, 27–30 Agustus 2019