Sastrawan dan akademikus kelahiran Lamongan, 19 April 1974 ini dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi, cerita pendek, dan esei/kritik sastra. Karya-karyanya tersebut tidak hanya dimuat di sejumlah surat kabar, namun juga terangkum dalam berbagai antologi puisi dan cerpen, serta jurnal ilmiah sastra, baik secara nasional maupun internasional di tingkat Asia Tenggara. Taufiq mengawali debutnya dalam dunia sastra dan budaya sejak 1994, ketika kuliah Sastra Indonesia di Fakultas Sastra Universitas Jember. Dia aktif di Persatuan Penyair Nusantara Melayu Raya (Numera) Malaysia dan diberbagai forum sastra, baik yang terkait dengan proses kreatif maupun forum ilmiah sastra. Menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Negeri Surabaya, beberapa karya esei/kritik sastranya pernah dimuat pada Jurnal Lingua Franca, Jurnal Humaniora, Jurnal Karsa, Jurnal Litera, Jurnal Atavisme, The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, dan International Journal of Advanced Research.
Forum sastra yang pernah diikuti, antara lain: Temu Penyair Lintas Daerah Indonesia di Pekalongan, Jawa Tengah, Maret 2013; Baca Puisi Dunia NUMERA di Kuala Lumpur Malaysia pada 21-25 Maret 2014, yang dihadiri beberapa Negara Asia Tenggara, Belgia, dan Rusia; Temu Penyair Lesbumi NU Jawa Timur pada 23 Desember 2014 di Surabaya; Temu Sastra Indonesia-Malaysia (TSIM) di Bandung pada September 2015; penyelenggara Temu Penyair tujuh kota wilayah timur Jawa di Jember pada 2015; mengikuti Ekspresi Puisi Dunia Numera (EPDN) di Kuala Lumpur Malaysia pada 18-21 Maret 2016; Temu Sastra Antarbangsa Indonesia-Malaysia pada 14-18 September 2016 di Yogyakarta; Puisi Dunia Numera 2017 di Kuala Lumpur; menghadiri peringatan Hari Puisi Dunia di Brunei Darussalam, Maret 2018; Pertemuan Penyair dan Baca Puisi Dunia Numera 2018, di Johor Malaysia, Muktamar Sastra 2018, di Situbondo Jawa Timur, Indonesia, berpartisipasi melalui media virtual dalam “Poetry Reading Session by World Festival of Poetry titled HOLDING THE TRIUMPH OF HUMANKIND from 9 to 12 April 2020”, Bangladesh, dan berpartisipasi dalam Pembacaan Puisi Dunia Menyambut Ramadan 1441 H “Ramadan World Poetry Reading” oleh Pemuisi Nasional Malaysia, 30 April 2020.
Selain menulis puisi, cerpen, dan esei/kritik sastra, Taufiq bersama penyair yang lain mendirikan Forum Sastra Timur Jawa pada 2015, suatu forum sastra yang mencakup tujuh wilayah kabupaten/kota di bagian timur Jawa, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember, dan Banyuwangi. Namanya tercatat dalam buku Ensiklopedi Penulis Indonesia, yang diterbitkan FAM Indonesia jilid 3 (2015) dan Apa & Siapa Penyair Indonesia, yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi (2017).
Sebagai bagian dari masyarakat puisi Indonesia, Taufiq bersama Forum Sastra Timur Jawa dan Pusat Literasi LP3M Universitas Jember pada 12 Desember 2018 menyelenggarakan Peringatan Hari Puisi Indonesia, dengan mengangkat tema utama “Suara Sastra Timur Jawa” dan pada 4 September 2021 atas inisiasi Masyarakat Literasi Jember, memberikan dukungan sepenuhnya atas terselenggaranya Peringatan Hari Puisi Indonesia di Jember, yang dihadiri secara daring oleh penyair dari berbagai daerah di Nusantara. Ia menjadi narasumber pada agenda Hari Puisi tersebut, sekaligus menandai peluncuran antologi puisi “Seribu Tahun Lagi”, yang diterbitkan oleh Masyarakat Literasi Jember.
Tak kalah penting yang patut dicatat, pada 20 April 2022 ia menjadi narasumber pada Webinar Sastra Antarbangsa Indonesia-Malaysia, yang mengangkat tema “Nilai-nilai Religiusitas dalam Sastra: Perbandingan Puisi Indonesia-Malaysia Kontemporer”. Agenda tersebut diselenggarakan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung kerjasama dengan UPM. Pada 2022 ini pula, tepatnya pada 12-13 Oktober ia hadir dan menjadi pemakalah pada agenda Konferensi Internasional Kesusastraan yang diselenggarakan HISKI di Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT. Pada 16-17 November 2022 hadir sebagai narasumber pada Seminar Nasional Pendidikan dan Pengajaran Sastra (SENANDIKA) di Palangkaraya yang diselenggarakan oleh HISKI EKAKAPAKAT dan Balai Bahasa Kalimantan Tengah. Pada 17 Oktober 2022 menjadi narasumber pada agenda Seminar Sastra Pesantren di PWNU Jawa Timur, yang dilanjut pada 2-4 Desember 2022 pada agenda Simposium Sastra Pesantren di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang diselenggarakan oleh PW Lesbumi NU Jawa Timur.
Puisi karya Akhmad Taufiq banyak diterbitkan dalam bentuk antologi, baik antologi puisi tunggal maupun antologi puisi bersama. Antologi puisi tunggal karya Taufiq , di antaranya adalah Kupeluk Kau Di Ujung Ufuk, diterbitkan oleh Gress Publishing Yogyakarta (2010), Mengulum Kisah dalam Tubuh yang Terjarah, diterbitkan Interlude Yogyakarta (2016), dan Pandemi Puisi, diterbitkan oleh Yayasan Dapur Sastra Jakarta (2020). Selain antologi puisi tunggal, Taufiq juga aktif menulis puisi dalam antologi puisi bersama, antara lain Indonesia dalam Titik 13, diterbitkan oleh Aswaja (2013), Risalah Melayu Nun Serumpun, diterbitkan oleh NUMERA Malaysia (2014), Tasbih Hijau Bumi, diterbitkan oleh Lesbumi NU Jawa Timur (2014), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan Ombak (2015), Syair Persahabatan Dua Negara, diterbitkan oleh Pustaka Senja (2015), Merentasi Ribuan Tahun Puisi, diterbitkan oleh NUMERA Malaysia (2016), Yogya dalam Nafasku, diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta (2016), Nyanyian Gerimis, , diterbitkan oleh Hiski Komisariat Aceh dan Bandar Publishing (2017), Balada Tanah Takat, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan Balai Bahasa Jawa Timur (2017), Numera Bersayap, diterbitkan oleh, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2018), Risalah di Ladang Kemarau, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa dan LP3M Universitas Jember (2019), Antologi Puisi Setelah Sapardi Pergi: Sehimpun Puisi Tribute to Sapardi Djoko Damono, diterbitkan oleh Penerbit Diomedia (2020), Puisi-Puisi Merdeka: Dandani Luka-luka Tanah Air, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2020), ntologi Puisi Seribu Tahun Lagi: Epilog, diterbitkan oleh Masyarakat Literasi Jember dan Catur Media Gemilang (2021), Antologi Puisi Persatuan Penyair Nusantara (PPN) XII: “Luka, Cinta, Damai”, diterbitkan Gapena dan Pena Malaysia (2023), Antologi Puisi Menolak Korupsi ke-9 (PMK #9) dengan judul “Mencari Presiden Antikorupsi”, diterbitkan oleh PMK (2023), dan Antologi Puisi Tanah Tenggara, diterbitkan oleh Forum Sastra Timur Jawa kerjasama dengan penerbit Buku Inti (2023). Karya Taufiq dalam bentuk cerpen salah satunya termuat dalam Antologi cerpen Numera Bersayap, diterbitkan oleh Numera Malaysia (2018).
Selain puisi dan cerpen, Taufik juga banyak menulis karya ilmiah sastra, antara lain Sastra Poskolonial: Teori, Analisis Teks, dan Pembelajaran, diterbitkan oleh Jember University Press(2010), Apresiasi Drama: Refleksi Kekuasaan dalam Teks Sastra Drama Tradisional Ludruk, diterbitkan oleh Gress Publishing (2011), Kontributor buku dalam Kongres Internasional Folklor Asia yang berjudul Folklore dan Folklife dalam Kehidupan Modern: Kesatuan dan Keberagaman, diterbitkan oleh Ombak, 2013),Kontributor buku Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya: Membangun Karakter dan Budaya Bangsa melalui Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, diterbitkan oleh Gress Publishing (2013), Kontributor buku Bahasa dan Sastra untuk Peradaban Indonesia yang Unggul, diterbitkan oleh Gress Publishing (2014), Kontributor dalam buku Keunggulan Budaya dan Industri Kreatif, diterbitkan oleh Ombak (2014), Sastra Multikultural: Konstruksi Identitas dan Praktik Diskursus Negara dalam Perkembangan Sastra Indonesia, diterbitkan oleh Intrans Publishing (2017), Drama Tradisional Ludruk: Refleksi Kekuasaan, Karakteristik Pertunjukan, dan Strategi Pengembangan, diterbitkan oleh PBSI Press (2022), Kontributor dalam Kumpulan Esai Qasyaf 80: Kemala yang Kami Kenali, diterbitkan oleh Nuha Creative Resources, Selangor Malaysia (2022), dan Sastra Pesantren dan Ruang Strategis Politik Kebudayaan, diterbitkan oleh Majalah Kidung Dewan Kesenian Jawa Timur (2023).
Kerja keras Akhmad Taufik nyatanya tidak sia-sia. Beberapa penghargaan diperolehnya untuk buah karyanya selama ini. Penghargaan tersebut diantaranya adalah Anugerah Penghargaan Puisi Dunia Numera Malaysia (2014), Anugerah puisi di tingkat Asia Tenggara; Anugerah Sutasoma untuk buku Sastra Multikultural (2018); dan Drama Tradisional Ludruk (2022) untuk kategori buku esai/kritik sastra terbaik dari Balai Bahasa Jawa Timur (2018).
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Akhmad_Taufiq (dengan pengubahan)