Tjahjono Widarmanto merupakan sastrawan dari Ngawi yang masih eksis di genre cerpen. Ia lahir di Ngawi, 18 April 1969 dari pasangan H. Soeparmo (pensiunan guru SPG Negeri Ngawi) dan Hj. Isdiwati (pensiunan guru SDN Ronggowarsito 2 Ngawi). Tjahjono Widarmanto memiliki saudara kembar bernama Tjahjono Widianto yang berprofesi sama. Selain saudara kembarnya tersebut, Tjahjono Widarmanto mempunyai dua kakak yaitu Isdarmawanto dan Widiastuti, S.H. Tjahjono Widarmanto beristrikan seorang guru bernama Maghfira Wijayanti dan memiliki seorang putra bernama Shirly Shofiya Kamila Rosyda KW (Ngawi, 11 Oktober 2004). Saat ini Tjahjono Widarmanto bersama keluarga bertempat tinggal di Perumahan Chrisan Hikari B-6, Jalan Teuku Umar Timur, Ngawi. Pendidikan formal Tjahjono Widarmanto sejak tingkat SD (lulus 1983), SMP (lulus 1985), dan SMA (lulus 1987), diselesaikan di Ngawi. Setelah lulus dari SMA, Tjahjono Widarmanto melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya (sekarang Unesa) dan mendapat gelar sarjana tahun 1992. Pendidikan informal dan kegiatan kebahasaan dan kesastraan yang pernah diikuti antara lain MMAS, Intensif Training Pelatihan Teater, Diklat Jurnalistik, Seminar Kebahasaan Tingkat Nasional di Jakarta, dan Kongres Bahasa Indonesia. Tjahjono Widarmanto bersama saudara kembarnya, Tjahjono Widijanto dan seorang rekannya, Anas Yusuf, membuat “Kelompok Lingkar Sastra Tanah Kapur” di Ngawi, dengan menerbitkan antologi puisi 9 penyair Ngawi bertajuk Surat Dari Ngawi. Mengawali karier saat masih berkuliah, Tjahjono Widarmanto, pernah menjadi redaktur Majalah Kebudayaan Kalimas Surabaya (1990—1994), Majalah Bende (2000—sekarang), dan Majalah Rontal (2000— 2002), sedangkan dalam dunia pendidikan atau menjadi guru, ia mengajar di SMPN 1 Beringin Ngawi (1995), kemudian dimutasi menjadi guru di SMAN 2 Ngawi hingga sekarang. Tjahjono juga menjadi dosen di STKIP PGRI Ngawi, mengajar bahasa dan sastra Indonesia. Selain menjadi guru, ia tetap menulis karya sastra, baik cerita pendek, puisi, dan esai sastra dan budaya di berbagai koran lokal dan ibu kota, serta bermain drama. Tjahjono Widarmanto belajar menulis sejak masih duduk di bangku SMA. Kemampuan menulis tersebut terus dikembangkan pada saat ia berkuliah di IKIP Surabaya. Di kampus, Komunitas Sastra Ketintang Surabaya adalah lembaga yang membuat Tjahjono Widarmanto kian terpacu kreativitasnya dalam dunia tulismenulis. Salah seorang yang dianggapnya sebagai motor pemompa semangatnya untuk terus-menerus berkarya sastra adalah Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo (almarhum). Motivasi menulisnya adalah dapat menyampaikan ide pada orang lain, menambah wawasan hidup dan kehidupan, serta berharap bisa dikenal masyarakat banyak. Masih di kotanya Ngawi, bersama kembaraannya Tjahjono Widijanto dan Anas Yusuf, mendirikan komunitas teater bernama Teater Sampar dan sempat mementaskan naskah Motinggo Busye berjudul “Malam Jahanam”. Kegiatan seni dan budaya yang pernah dilakukan Tjahjono Widarmanto bersama komunitasnya antara lain: Diskusi Sastra dan Temu Penyair Empat Kota (1994), Pementasan naskah ‘Sang Juru Nikah’ (1994), Dialog Ilmiah Sastra Jawa (1995), Pentas Deklamasi Tunggal (1995), Dialog Kebudayaan Islam (1995), Pameran Lukisan dan Fotografi (1996), Pementasan naskah The Boor (1997), Parade Puisi (1998), Malam Sastra Baca Puisi ‘Secangkir Kopi buat Kota Ngawi’ dan Diskusi Kebudayaan (2001). Naskah karya sastranya banyak dimuat di berbagai koran dan majalah, baik lokal Jatim maupun ibu kota, dan luar negeri, antara lain: Jawa Pos, Bali Post, Solo Pos, Surabaya Post, Lampung Pos, Pikiran Rakyat, Sinar Harapan, Republika, Suara Karya, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Suara Pembaruan, dan Majalah sastra Horison, Perisai (Malaysia), Bahana (Brunei Darussalam), Radio Suara Jerman, dan banyak lagi. Hasil karya Tjahjono Widarmanto antara lain: (a) Belukar Baja, kumpulan puisi, 1990, Surabaya, University Press; (b) Malsasa, kumpulan sajak Surabaya, 1994, Surabaya: DKS; (c) Suluk Hitam Perjalanan Hitam di Kota Hitam, 1994, Ngawi: LSTK; (d) Improvisasi Retak, kumpulan puisi, 1995, Surabaya: KSRB; (e) Negeri Bayang-Bayang, kumpulan puisi, 1996, Surabaya, SAF; (f) Akulah Ranting, kumpulan puisi, 1996, Malang: Dioma; (g) Kumpulan Guritan “Drona Gugat” Surabaya: 1995: Bukan Panitia Festival WR Soepratman; (h) Kumpulan Guritan Bersama “Tes”, Surabaya, 1998: Taman Budaya Jatim; (i) Kumpulan Puisi dan Guritan “Omonga Apa Wae”, Surabaya, 2000: TBJT; (j) Luka Waktu, kumpulan puisi, 1999, Surabaya: Taman Budaya Jatim; (k) Memo Putih, kumpulan puisi, 2000, Surabaya: DKJT; (l) Dalam Pusat Pusaran Angin, kumpulan puisi, 1997, Surabaya, KSRB; (m) Kubur Penyair, kumpulan puisi, 2002, Yogyakarta, Diva Press; (n) Kitab Kelahiran, kumpulan puisi, 2003, Surabaya, DKJT; (o) Birahi Hujan, kumpulan puisi, 2004, DKJ; (p) Purnama di atas Kapuas, kumpulan cerpen, 2002, Jakarta; (q) Tegak Lurus Dengan Kaki Langit, kumpulan esai, 2002, Jakarta; (r) Dari Bumi Lada (antologi temu penyair se-Jawa, Sumatera, Bali); (s) Apa Khabar Sastra? Kumpulan Pemikiran Sastra, antologi esai, 2002: DKJT; dan (t) Seks dan Erotisme dalam Sastra (esai-esai pendek, 1992). Adapun pengalaman dalam dunia pendidikan dan menulis (a) 1990—1994 menjadi staf redaksi Majalah Kebudayaan Kalimas yang terbit di Surabaya; (b) 1992—1994 mengajar di SMUN 1 Ngrambe; (c) 1995—1997 mengajar di SMUN I Ngawi dan SMEA Negeri Ngawi; (d) 1995— sekarang Dosen di STKIP PGRI Ngawi; (e) 1998—2001 mengajar di SLTPN 1 Bringin; (f) Juli 2001—sekarang mengajar di SMUN II Ngawi. Selain mengajar, sejak kuliah (1987) menekuni dunia kepenulisan dengan menulis artikel dan puisi di hampir seluruh media Indonesia. Tulisannya berupa artikel (pendidikan, sosial, sastra, kebudayaan) dan puisi dimuat di Bahana (Brunai Darussalam), Perisai (Malaysia), Horison, Kompas, Republika, Jawa Pos, Deutche Welle (Suara Jerman), Pikiran Rakyat, dan lain-lain. Tjahyono pernah mengikuti Jambore Budaya Nasional di Malimping (Banten, 1996), Surabaya Art Festival (1996), Temu Penyair se-Jawa-SumateraBali (Lampung, 1996), Temu Sastra Nasional (Tasikmalaya, 1998), Peringatan Bulan Bahasa tahun 2000 (sebagai pembicara), Kongres Sastra Jawa (Surakarta, 2001; sebagai pembicara), Forum Sastra Sufistik di (Gresik, 2001; sebagai pemakalah tunggal); Bengkel Penulisan Sastra Siswa se-Surabaya di Balai Bahasa Jatim (2001; sebagai instruktur), Kongres Sastra Cerpen Nasional II (Bali, 2002), Halaqah Kebudayaan yang diadakan Desantara Institute for cultural Studiesdi Ponorogo (2002; sebagai pembicara), Dialog Nasional Refleksi Reformasi di STAIN Surakarta (2002), Festival Kebudayaan di Samarinda (Agustus, 2002; sebagai pembicara dan peserta). Dia juga pernah menjadi Tim Kurator penganugerahan Seniman-Budayawan terbaik Jatim 2001 dan 2002, juri dalam Lomba Penulisan Karya Sastra Festival Seni Mahasiswa Tk. Nasional (Feksiminal) tahun 2002, Juara ke-5 Lomba Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional (LMKS) 2002 yang diadakan Depdiknas dan Majalah Horison, urutan 10 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional (LMCP) 2002 yang diselenggarakan oleh Depdiknas Pusat dan Majalah Sastra Horison, pembicara dan peserta dalam lokakarya Pemilihan Buku Bahan Ajar Sastra untuk SLTP dan SMU di Jakarta (15—19 Desember 2002), anggota Dewan Pakar dan Dewan Pertimbangan Taman Budaya Jawa Timur untuk periode 2003—2005.