Kamis, 20 Maret 2025, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jatim) menggelar Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Daerah: Madura dan Jawa Dialek Using Banyuwangi secara daring. Bertempat di Ruang Rapat Ki Hajar Dewantara, rapat ini menjadi hal penting yang perlu dilaksanakan dalam upaya pelestarian dan pengembangan bahasa daerah di Jawa Timur. Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak yang berperan dalam pengimbasan revitalisasi bahasa secara daring. Salah satu narasumber yang turut hadir secara daring adalah Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Dr. Dora Amalia. Dalam sambutannya, Dora menegaskan pentingnya peran guru bahasa daerah dalam membangun kesadaran linguistik di kalangan peserta didik dan masyarakat luas. Dora menyoroti strategi pengajaran yang efektif agar bahasa daerah tetap hidup di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
“Revitalisasi bahasa daerah bukan hanya tugas akademisi, pemerintah, dan orang tua saja, tetapi juga tanggung jawab kita bersama, terutama para guru yang menjadi garda terdepan dalam menanamkan kebiasaan kebanggaan berbahasa daerah kepada generasi muda,” ungkapnya.
Dora juga mengungkapkan fakta bahwa isu yang sering muncul tentang kebahasaan adalah kepunahan bahasa. “Salah satu isu terbesar dalam dunia kebahasaan saat ini adalah kepunahan bahasa. Jika tidak ada upaya konkret untuk melestarikan dan mewariskan bahasa daerah kepada generasi muda, maka kita berisiko kehilangan salah satu aspek penting dari identitas budaya kita,” ujar Dora dalam rapat koordinasi tersebut.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jatim, Puji Retno Hardiningtyas, yang hadir langsung dalam pertemuan tersebut, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan di Provinsi Jawa Timur. “Kita perlu memastikan bahwa revitalisasi bahasa daerah ini tidak berhenti pada wacana semata, tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, sinergi antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat sangat diperlukan,” ujarnya. Retno juga mengapresiasi keterlibatan berbagai dinas pendidikan dalam mendukung program ini.
Peserta kegiatan ini sebanyak seratus orang guru master utama jenjang SD dan SMP tahun 2023—2024. Rapat koordinasi ini menghadirkan tujuh kepala dinas pendidikan dari berbagai kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Mereka menyampaikan laporan terkait persiapan serta praktik baik dalam mengimplementasikan program Revitalisasi Bahasa Daerah di wilayahnya. Para kepala dinas menyoroti berbagai tantangan dan keberhasilan yang telah dicapai dalam memperkenalkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda melalui kurikulum, ekstrakurikuler, dan kegiatan budaya. Selain itu, acara ini juga menghadirkan dua maestro yang telah mendedikasikan diri dalam pelestarian bahasa daerah, yakni Fathur Rahman, Maestro Mendongeng dalam bahasa Madura, serta Nani Asiani, Maestro Pidato dalam bahasa Jawa Dialek Using.
Dalam pemaparannya, Fathur Rahman menekankan pentingnya mendongeng sebagai media edukasi yang dapat membangkitkan ketertarikan anak-anak terhadap bahasa Madura. “Cerita rakyat adalah warisan yang harus kita hidupkan kembali. Jika anak-anak tumbuh dengan mendengar dongeng dalam bahasa daerahnya, mereka akan lebih mudah menyerap dan mencintai bahasa tersebut,” ungkapnya.
Nani Asiani berbagi pengalaman mengenai teknik pidato dalam bahasa Jawa Dialek Using yang dapat memperkuat identitas budaya masyarakat Banyuwangi. “Pidato bukan sekadar berbicara di depan umum, tetapi juga cara kita menjaga kebanggaan dan kelestarian bahasa Using. Jika bahasa daerah terus digunakan dalam komunikasi formal maupun informal, maka ia tidak akan punah,” ujarnya.
Penganggaran kegiatan RBD ini merupakan sinergi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Komitmen bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mendukung program revitalisasi bahasa Madura dan bahasa Jawa dialek Using tertuang dalam sinkronisasi penganggaran yang sesuai tahapan yang telah disusun, dengan koordinasi, DKT, bimtek guru utama, monitoring/pemantauan dan evaluasi pegimbasan RBD, dan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi.
Pemerintah daerah dalam sinergi ini memfasilitasi pengimbasan di kabupaten/kota baik guru utama ke guru sejawat dan guru ke siswa, dan penyelenggaraan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat kabupaten/kota dan biaya pendampingan pemenang FTBI tingkat provinsi untuk mengikuti FTBI tingkat nasional.
Rapat Koordinasi Antarinstansi ini akan menghasilkan rumusan kesepakatan yang akan dijadikan acuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan RBD selanjutnya, seperti bimbingan teknis guru utama (training of trainer), diseminasi kepada para guru yang mengajarkan muatan lokal (bahasa Madura dan bahasa Jawa dialek Using) dalam wadah MGMP/KKG, pelaksanaan pembelajaran di kelas, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RBD di setiap sekolah, Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di tingkat kabupaten/kota, FTBI di tingkat provinsi, dan perayaan FTBI tingkat nasional.
Rapat koordinasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang konkret dalam menjaga eksistensi bahasa Madura dan Jawa Dialek Using di tengah modernisasi. Dengan keterlibatan berbagai pihak, program revitalisasi bahasa daerah ini diharapkan tidak hanya sekadar menjadi kebijakan, tetapi juga menjadi gerakan nyata yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

